-->

Jumat, 27 November 2015

Kekuasaan dalam Hubungan Interpersonal



1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.

Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-lain. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau interaksi antar individu, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan interpersonal. Dalam bagian ini perlu diketahui tentang pengertian hubungan interpersonal, tahap-tahap hubungan interpersonal, faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal,teori-teori hubungan interpersonal dan ciri-ciri hubungan interpersonal yang baik.

Menurut Pearson (1983) manusia adalah makhluk sosial. Artinya kita tidak mungkin menjalin hubungan dengan diri sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut.

Hubungan interpersonal (antarpribadi) adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga dapat menyebabkan orang lain bertindak, pengertian di sini harus meliputi kemampuan untuk membuat keputusan mempengaruhi orang lain dan mengatasi pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah orang lain.

Kekuasaan interpersonal merupakan sesuatu yang memungkinkan seseorang untuk mengontrol perilaku orang lain. Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akan lebih mudah dikenali dalam sebuah diskusi dengan menggunakan prinsip yang menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam hubungan interpersonal dan menawarkan wawasan mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan.

Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. “komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting,” (Anita Taylor et al. 1977:1987).


2.1 Komunikasi Interpersonal dan Hubungan Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah Komunikasi yang di lakukan antara dua orang atau lebih. Komunikasi interpersonal merujuk pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang. Komunikasi interpersonal banyak membahas tentang bagaiamana suatu hubungan di mulai, bagaimana mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan (Berger, 1979; Dainton & Stafford, 2000). Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal adalah sebagai berikut : 

a. Jumlah orang yang berkomunikasi terbatas, tidak banyak, hanya sekitar 4-5 orang.
b. Pesan yang di sampaikan (materi atau bahan pembicaraan) adalah hal-hal yang menyangkut minat serta kepentingan orang per orang.
c. Orang-orang yang melakukan atau terlibat dalam komunikasi interpersonal biasanya saling kenal atau telah berkenalan lebih dahulu beberapa saat sebelum melakukan komunikasi.
d. Sukar menerima keikutsertaan atau keterlibatan orang-orang pihak lain dalam komunikasi yang sedang berlangsung

 
Tujuan Komunikasi Interpersonal adalah sebagai berikut:

1. Menemukan diri-sendiri
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenal diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran dan tingkah laku kita. Penguatan yang positif membantu kita merasa normal. Melalui komunikasi kita juga belajar bagaimana menghadapi orang lain, apakah kekuatan dan kelemahan kita serta siapakah yang menyukai dan tidak menyukai kita.

2. Menemukan Dunia Luar
Kepercayaan, kenyataan, sikap dan nilai-nilai kita dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal daripada oleh media atau pendidikan formal. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal. Hal itu menjadikan kita memahami lebih baik dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain.
 
3. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Dari waktu ke waktu, kita menggunakan komunikasi interpersonal untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup berbagi kesenangan serta menjadikan kita merasa lebih positif tentang diri kita.
 
4. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Dari waktu ke waktu, kita menggunakan komunikasi interpersonal untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita dapat menginginkan orang lain memilih cara tertentu seperti membeli barang tertentu, melihat film, memasuki bidang tertentu. Kita banyak menggunakan waktu untuk terlibat dalam posisi interpersonal. Kita lebih sering membujuk melalui komunikasi interpersonal daripada komunikasi media massa.
 
5. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktifitas yang mempunyai tujuan utama mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita lucu merupakan pembicaraan untuk menghabiskan waktu. Walaupun kelihatannya kegiatan ini tidak berarti tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu, dapat memberikan keseimbangan penting dalam pikiran yang membutuhkan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
 
6. Untuk Membantu
Selain ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya, kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil, dan memberikan hal yang menyenangkan kepada anak yang sedang menangis. Keberhasilan memberikan bantuan bergantung pada pengetahuan dan keterampilan komunikasi interpersonal.
 
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.


2.2 Tahap Hubungan Interpersonal

Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
 
1. Pembentukan
 
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.
 
Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.


2. Peneguhan Hubungan
 
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: 
a) keakraban; b) kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.
 
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan.
 
Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan- pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.


3. Pemutusan Hubungan
 
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
 
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.


2.3 Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:

1. Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.


2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.


3. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.


4. Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas.


5. Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya, agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.


6. Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.


7. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.


8. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian.


2.4 Kekuasaan dan Pengaruh Antar Pribadi

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga dapat menyebabkan orang lain bertindak, pengertian di sini harus meliputi kemampuan untuk membuat keputusan mempengaruhi orang lain dan mengatasi pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah orang lain.
 
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
 
Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Keberhasilan seorang pemimpin banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memahami situasi serta keterampilan dalam menentukan macam kekuasaan yang tepat untuk merespon tuntutan situasi.
 
Kekuasaan interpersonal merupakan sesuatu yang memungkinkan seseorang untuk mengontrol perilaku orang lain. Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akan lebih mudah dikenali dalam sebuah diskusi dengan menggunakan prinsip yang menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam hubungan interpersonal dan menawarkan wawasan mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan. Sebagai esensi dari kekuasaan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
 
Pengaruh kekuasaan dalam komunikasi antarpribadi:
a. Kekuasaan dapat mempengaruhi apa yang Anda lakukan, ketika Anda melakukannya, dan dengan siapa Anda melakukannya.
b. Kekuasaan juga dapat mempengaruhi pilihan Anda dalam hubungan dengan teman, hubungan romantis, hubungan keluarga dan hubungan di tempat bekerja.
c. Kekuasaan juga mempengaruhi seberapa sukses Anda merasakan hubungan itu.
d. kekuasaan juga dapat menimbulkan makna "seksi" bagi perempuan maupun laki-laki (Martin, 2005).


2.5 Prinsip-Prinsip Kekuasaan

Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akn lebih mudah dikenali dalam sebuah diskusi dengan menggunakan prinsip-prinsip yg menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam hubungan interpersonal & menawarkan wawasan mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan.
 
1. Beberapa orang lebih berkuasa daripada yang lain
 
Beberapa orang dilahirkan ke dalam kekuasaan dan beberapa dari mereka yang tidak dilahirkan dalam kekuasaan namun mereka belajar untuk mendapatkan kekuasaan itu. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, dalam arti bahwa satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Satu pihak yang memberi perintah dan satu pihak yang mematuhi perintah. Tidak ada persamaan martabat, selalu yang satu lebih tinggi daripada yang lain dan selalu ada unsur paksaan dalam hubungan kekuasaan.

Kekuasaan dapat menghasilkan hubungan yang dekat menjadi kekerasan antarpribadi. suami yang memiliki kekuasaan yang lebih kecil dalam hubungan suami-istri mereka lebih cenderung menjadi kasar terhadap istri-istri mereka daripada suami yang memiliki kekuasaan yang besar. Lebih lanjut, bahwa terjadinya kekerasan dalam pernikahan sering kali disebabkan karena kurang memahaminya seseorang dalam cara mempengaruhi terhadap satu sama lain.
 
2. Kekuasaan dapat dibagi
 
Beberapa orang berpendapat bahwa kekuasaan harus dijaga, membaginya dengan orang lain maka kita telah menghilangkan sebagian kekuasaan kita. Namun sebagian orang berpendapat bahwa dengan membagi kekuasaan, dengan memberdayakan orang lain, maka sebenarnya kita telah menumbuhkan/menambah kekuasaan kita.
 
3. Kekuasaan dapat meningkat atau menurun
 
Anda dapat mempelajari teknik-teknik negosiasi dan meningkatkan kekuatan anda dalam situasi kelompok. Anda dapat mempelajari prinsip-prinsip komunikasi dan meningkatkan daya persuasifnya. Namun kekuatan juga dapat menurun, mungkin cara yang paling umum turunnya kekuasaan/kekuatan kita adalah dengan gagal mengendalikan perilaku.


2.6 Hubungan Kekuasaan (Power) dengan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi dipengaruhi oleh persepsi kekuasaan kita dalam berhubungan dengan orang lain dan persepsi kekuasaan orang lain dalam hubungannya dengan kita. Dalam tiap interaksi komunikasi ada keunikan kebutuhan tertentu yang bersifat fisik, psikologis dan sosial yang satu hubungan tergantung pada persepsi hubungan kekuasaan di antara kedua pihak yang berkomunikasi. French dan Roven membedakan lima tipe kekuasaan (power) yaitu Reward Power, Legitimate Power, Referent Power, Skill Power dan Coercive Power.
 
a. Reward Power
 
Kekuasaan yang diperoleh atas dasar pemberian hadiah atau reward kepada orang lain. Misalnya seseorang atasan meminta bawahannya melakukan sesuatu atas dasar kerelaannya, dan bawahan melakukannya karena percaya pada kemampuan atasan memberikan hadiah. Pemimpin dapat menjadi lebih efektif dengan menyediakan hadiah bagi bawahan dan membuat hadiah bergantung pada pencapaian tujuan tertentu dari bawahan. Agar reward power efektif, harus dipersepsi sebagai sesuatu yang berharga oleh orang yang menerimanya. Juga orang yang memberikannya dipersepsi mempunyai kesanggupan memberikan.
 
b. Coersive Power
 
Kekuasaan yang bersifat paksaan, melibatkan kemampuan mengontrol yaitu kemampuan menggunakan hukuman oleh pengirim pesan jika penerima pesan tidak menuruti suatu permintaan. Penggunaan hukuman yang terus menerus mempunyai dampak yang negative pada daya tarik atasan.

Untuk terhindar dari hukuman, bawahan mungkin memutuskan untuk meninggalkan organisasi. Pimpinan yang menggunakan sanksi yang bersifat negative menghendaki lebih banyak pengawasan atau penyelidikan yang lebih cermat mengenai bawahan, sehingga banyak menggunakan waktunya untuk melihat kesalahan yang dilakukan karyawan.
 
c. Legitimate Power

Kekuasaan berdasarkan hukum yang dinyatakan dari norma-norma atau nilai-nilai yang ada dalam organisasi, memberikan hak kepada individu atau kelompok untuk menentukan tingkah laku tertentu. Orang yang memegang posisi tertentu dalam struktur organisasi atau institusi sosial, diberikan hak untuk menentukan tingkah laku orang lain.

d. Referent Power
 
Referent Power berhubungan dengan keinginan bawahan untuk berhubungan secara dekat atau menyukai atasan. Keinginan ini pada tingkat tidak disadari atau tidak dikenal oleh atasan atau bawahan. Memiliki referent power dalam organisasi dapat berdampak positif maupun negatif. Atasan yang mempunyai referent power dan berhasil mendapatkan bawahan bekerja secara efektif dengan meminta mereka melakukannya mungkin meminta naik pangkat karena keberhasilannya.
 
e. Skill Power
 
Seseorang yang dipersepsi mempunyai pengetahuan atau keahlian dalam bidang tertentu dikatakan mempunyai power keahlian. Power keahlian ini terbatas dengan keahlian seseorang dan mempunyai sedikit area dan tidak mencakup area orang lain. Supervisor akan berkurang pengaruhnya pada bawahannya apabila ia menunjukkan tanda kurang mampu.


3.1 Kesimpulan

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
 
Semua pesan diciptakan bermula dari diri kita. Kita bereaksi menurut perbedaan personal kita terhadap pesan di sekeliling kita. Inilah yang membuat komunikasi merupakan kejadian yang bersifat personal, karena tidak dapat dipisahkan dari interaksi kita dengan orang lain. Komunikasi interpersonal biasanya dimotivasi oleh kombinasi bermacam-macam faktor, serta tidak mempunyai satu efek, melainkan kombinasi beberapa efek atau hasil.
 
Kekuasaan interpersonal merupakan sesuatu yang memungkinkan seseorang untuk mengontrol perilaku orang lain. Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akan lebih mudah dikenali dalam sebuah diskusi dengan menggunakan prinsip yang menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam hubungan interpersonal dan menawarkan wawasan mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan.
 
Tipe kekuasaan tertentu tidaklah bekerja pada isolasi situasi yang diberikan. Kekuasaan tidak didistribusikan sama dalam hierarki organisasi. Beberapa individu mempunyai lebih banyak kekuasaan, karena kekuasaan bukanlah atribut individual, tetapi hasil suatu persepsi. Hubungan interpersonal dalam organisasi banyak dipengaruhi oleh persepsi kita mengenai kekuasaan.


DAFTAR PUSTAKA

Hubungan Interpersonal - http://psikologi.or.id


Yuki, G. A. dan Wexley, K. N. (2005). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Cetakan ketiga. Diterjemahkan oleh: Drs. Muh. Shobaruddin. Jakarta: Rineka Cipta.


Wahjono, S. I. (2010). Perilaku Organisasi.Yogyakarta: Graha Ilmu.


http://kampuskomunikasi.blogspot.co.id/2008/04/karakteristik-komunikasi-interpersonal.html

1 Comments: