BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Di era sekarang ini, pembangunan
disegala bidang sedang giat-giatnya dilaksanakan mulai dari perkotaan hingga
ketingkat pedesaan. Puluhan juta bahkan ratusan juta dana dikucurkan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau ke kelompok-kelompok masyarakat
didaerah untuk menunjang keberhasilan pembangunan di daerah tersebut.
Demi keberhasilan pembangunan tersebut
maka peran serta masyarakat dalam menentukan arah pembangunan sangatlah penting
agar tujuan dari pembangunan tersebut bisa mencapai sasaran, yaitu
bidang-bidang pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi
kebutuhan masyarakat setempat.
Untuk itu diperlukan suatu komunikasi antara pemerintah sebagai pihak yang hendak membangun dengan masyarakat sebagai sasaran dari pembangunan tersebut, sehingga pembangunan yang dijalankan bisa betul-betul sesuai dengan apa yang diharapkan. Keberhasilan pembangunan tidak lepas dari adanya komunikasi pembangunan. Komunikasi memiliki peran yang sangat penting, sebagai contoh, suatu kelompok tani perlu mengkomunikasikan tentang kebutuhan pupuk anggotanya kepada pemerintah sehingga pemerintah bisa memberikan pupuk sesuai dengan kebutuhan kelompok tani tersebut.
Luasnya wilayah Republik Indonesia
dengan jenis geografi yang berbeda disetiap wilayahnya, serta budaya yang
beragam menjadi satu masalah tersendiri dalam pembangunan dewasa ini, sebab
kadangkala suatu program yang direncanakan tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat. Hal tersebut telah dicoba selesaikan dengan dihadirkan
sistem otonomi daerah. Dimana pemerintah daerah diberi kesempatan untuk
mengelola dananya sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
Namun dengan hadirnya sistem otonomi ini
tidak semerta-merta menghilangkan segala persoalan yang ada. Ketidak pengertian
pemerintah daerah tentang pentingnya komunikasi pembangunan ditambah dengan
partsipasi masyrakat dalam pembangunan yang sangat minim membuat suatu program
terkadang tidak diterima oleh masyarakat.
Seperti telah disinggung di bagian
terdahulu, variasi penafsiran konsep komunikasi pembangunan juga tercermin
dalam penerapannya di berbagai sektor pembangunan. Keragaman itu segera tampak
pada sejumlah bentuk ataupun unit aktivitas yang meskipun mengenakan lebel yang
berbeda, namun jelas menunjukkan keterkaitan dan kesamaan satu sama lain.
Dalam hubungan ini, dapat diidentifikasi
beberapa lapangan kegiatan yang menonjol yang pada hakikatnya memiliki misi
yang sama, yakni mengkomunikasikan ide-ide dan program penggunaan kepada
khalayak yang menjadi sasaran ataupun yang dimaksudkan kelak sebagai penerima
manfaat kegiatan yang bersangkutan (Nasution, 2007; 173).
Aktivitas yang dimaksud adalah:
“penyuluhan pertanian” di sektor pertanian, “Komunikasi, Informasi dan Edukasi”
(KIE) dan “Pemasaran Sosial Kontrasepsi” di lapangan keluarga berencana,
“Komunikasi Penunjang Pembangunan” (KPP) pada proyek-proyek pembangunan,
“Dukungan Komunikasi” dan “Informasi, Motivasi dan Edukasi” (IME) di lapangan
proyek-proyek Bank Dunia, dan berbagai proyek komunikasi di lapangan pendidikan
baik yang formal, maupun nonformal (Nasution, 2007; 174).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
Bagaimana
proses komunikasi pembangunan dalam mencapai kesuksesan pembangunan serta apa
dampak yang ditimbulkan dengan adanya komunikasi pembangunan?
1.3 TUJUAN MAKALAH
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk :
Memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Komunikasi Sosial dan Pembangunan dan Mengetahui lebih
jauh tentang Komunikasi pembangunan, dan dampak yang ditimbulkan komunikasi
pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komunikasi Pembangunan
Komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara
lisan maupun tidak langsung secara tulisan melalui media (Onong, 2003;79).
1.
Konsep Awal Dan Pengertian Pembangunan.
Pada mulanya
istilah ini dipopulerkan oleh (dan di kalangan) sarjana dan para pembuat
kebijakan di Amerika Serikat, kemudian segera diperkenalkan ke Eropa dan
negara-negara berkembang di seluruh dunia. Kemudian istilah pembangunan menjadi
suatu isu utama di organisasi-organisasi internasional meskipun belum ada suatu
rumusan yang dipahami secara universal (Nasution, 2007; 27).
Komunikasi
Pembangunan adalah proses penyampaian materi dalam rangka meningkatkan sesuatu
agar menjadi lebih baik. Secara luas pengertian Komunikasi Pembangunan adalah
sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik diantara semua pihak
yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama masyarakat dan pemerintah,
sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan.
Secara
khusus Komunikasi pembangunan adalah segala upaya dan cara, serta teknik
penyampaian pesan atau gagasan dan keterampilan keterampilan pembangunan yang
berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan yang ditujukan kepada
masyarakat luas.
Penerapan
Komunikasi Pembangunan di sektor kehidupan yang dikemukakan di atas tadi, jika
dikaji lebih jauh, menunjukkan kesamaan sejumlah karakteristik yang antara lain
(Nasution, 2007;174):
a.
Menerapkan prinsip, sistem, dan teknologi komunikasi,
sebagai salah satu komponen yang tergolong utama dalam pencapaian tujuan
kegiatannya.
b.
Memberikan peranan yang terbilang penting bagi
komunikasi di dalam rangkaian struktur kegiatan pembangunan yang bersangkutan.
c.
Menggunakan dan mengembangkan metodelogi serta
pendekatan yang sistematik dalam pemanfaatan komunikasi pada lingkup
kegiatannya.
d.
Memperhatikan kesinambungan dan “saling belajar dari
pengalaman di bidang yang lain” khususnya dalam hal pemanfaatan teknologi
komunikasi.
2. Tujuan
Komunikasi Pembangunan
Komunikasi
pembangunan mempunyai tujuan, antara lain memberikan informasi, persuasif
(menggugah perasaan), mengubah perilaku, mengubah pendapat atau opini,
mewujudkan partisipasi masyarakat, dan meningkatkan pendapatan. Tujuan-tujuan
komunikasi pembangunan ini diharapkan dapat menyebabkan perubahan di masyarakat
atau perubahan sosial (social change).
Komunikasi
pembangunan di Indonesia memiliki tujuan inti, yaitu dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia itu sendiri yang harus
bersifat pragmatik, yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini
dan masa depan.
3. Metode
Pendekatan Komunikasi Pembangunan
Komunikasi
pembangunan memiliki beberapa metode-metode pembangunan, antara lain:
A.
Pendekatan Sasaran
1. Pendekatan
Massa
Metode
yang digunakan adalah dengan cara memberikan pemahaman awal kepada masyarakat
dengan media massa yang dilakukan oleh pengambil kebijakan. Pendekatan massa
ini mempunyai keuntungan yaitu program dapat cepat tersebar luas.
2. Pendekatan
Kelompok
Metode
ini dugunakan untuk menginformasikan program kepada kelompok-kelompok
masyarakat, seperti pelatihan dan workshop. Keuntungan dari pendekatan ini
adalah program dapat dipantau secara baik.
3. Pendekatan
Individu
Metode
ini digunakan untuk menginformasikan program dengan mendatangi langsung
rumah-rumah warga. Keuntungan dari pendekatan ini adalah warga merasa dihargai,
komunikasi dari hati ke hati, petugas dapat menggali semua permasalahan warga.
B.
Pendekatan Materi
1. Metode
ceramah dan diskusi.
2. Penggunaan
alat bantu gambar serta media demonstrasi.
4.
Komunikasi Pembangunan di Indonesia
Komunikasi
pembangunan yang dilancarkan di Indonesia pasti berbeda dan harus berbeda
dengan apa yang ada di negara-negara lainnya karena subjek dan objek yang
terlibat dalam komunikasi pembangunan itu memang berbeda. Perbedaan-perbedaan
tersebut, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, disebabkan oleh kekhasan
dalam tujuan negara, sistem pemerintahan, latar belakang kebudayaan, pandangan
hidup bangsa, dan nilai-nilai yang merekat pada rakyat, yakni rakyat Indonesia
yang Bhineka Tunggal Ika itu.
Ditinjau
dari ilmu komunikasi yang juga mempelajari dan meneliti proses, yakni proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap,
pendapat dan perilakunya, maka pembangunan melibatkan dua komponen yang kedua-duanya
merupakan manusia.
Yang
pertama adalah komunikator pembangunan yang harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam menyebarluaskan pesan. Yang kedua adalah komunikan
pembangunan, baik penduduk kota maupun penduduk desa, yang harus diubah sikap,
pendapat, dan perilakunya.
Menurut
Koentjaraningrat, suatu bangsa yang hendak mengintensifkan usaha untuk
pembangunan harus berupaya agar banyak dari warganya lebih menilai tinggi
orientasi ke masa depan, dan dengan demikian bersifat hemat untuk bisa lebih
teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan, lebih menilai tinggi hasrat
eksplorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi, lebih menilai tinggi
orientasi ke arah achievement karya, dan akhirnya menilai tinggi mentalitas
berusaha atas kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri, berdisiplin
murni, dan berani bertanggung jawab sendiri.
Dengan
demikian, pembangunan nasional yang digalakkan di Indonesia ini, yakni dalam
rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia, harus bersifat paradigmatik, yakni merupakan pola yang
membangkitkan inovasi bagi masa yang dijalani dan dihadapi sebagaimana
ditegaskan dalam GBHN. Bukannya bersifat dilematik dan problematik, terutama
dalam pelaksanaannya, disebabkan oleh kekurang pahaman akan mentalitas bangsa
sendiri.
2.2 Komunikasi Pembangunan dalam Bidang Pertanian
Petani
adalah pelaksana utama pembangunan pertanian, maka keberhasilan pembangunan
pertanian sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia pertanian
(Kasryno, 2000). Sedangkan menurut Krishnamurthi (2003) yang dikutip Trubus, 80
persen keberhasilan pertanian ditentukan petani. Namun pemerintah tetap perlu
dilibatkan untuk membangun infrastruktur (jalan, jaringan irigasi dan
sebagainya). Paradigma baru manajemen pembangunan pertanian adalah menempatkan
pemerintah dalam hal ini aparatur pertanian sebagai fasilitator, akselerator
dan regulator serta memberikan kesempatan lebih besar pada peran masyarakat
untuk lebih mendorong usaha-usaha yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat.
Tujuan
pembangunan adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat dan bukan
berarti bahwa pembangunan dihentikan setelah masyarakat mencapai tingkat
kesejahteraan tertentu.
Sebelum
merumuskan dan menentukan strategi dalam pembangunan pertanian maka yang perlu
dipahami adalah: (1) hakekat pembangunan pertanian; (2) visi dan misi
pembangunan pertanian; (3) tujuan pembangunan pertanian; (4) Syarat-syarat
pembangunan pertanian; (5) strategi dasar pembangunan pertanian; dan (6)
pendekatan dasar pembangunan pertanian (Fatah, 2006).
Di
lapangan pertanian, penerapan komunikasi pembangunan sudah sejak lama
dilaksanakan. Bahkan dapat dikatakan bahwa penerapan yang mulu-mula sekali
adalah justru di lapangan ini, sekalipun pada masa itu belum dikenal istilah “komunikasi
pembangunan” (Nasution, 2007; 174).
Meskipun
pembangunan pertanian masih menjadi prioritas dalam rangka menunjang
perekonomian masyarakat, akan tetapi permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan pembangunan pertanian terus meningkat seiring dengan perkembangan
dan kemajuan sistem pertanian itu sendiri.
Kaharuddin
(1992), mengatakan bahwa pengelolaan pertanian tidak lagi menjadi sederhana,
melainkan terkait dengan sektor-sektor lain sebagai suatu sistem yang tidak
mungkin terlepas satu sama lain. Masalah pembangunan pertanian tidak hanya
merupakan beban para petani, melainkan secara tidak langsung sudah menjadi
masalah yang terkait dengan segala aspek kehidupan masyarakat. Lebih lanjut
Kaharuddin mengatakan bahwa permasalahan dalam pembangunan pertanian, yaitu;
a. Mengecilnya
lahan pertanian dan fragmentasi tanah
b. Sikap
mental masyarakat masih merupakan penghambat dalam pembangunan
c. Keterbatasan
pengetahuan masyarakat
d. Masalah
sosial budaya belum sejalan dengan konsep perencanaan pembangunan
e. Faktor
ekonomi sebagai penghambat pembangunan. Fragmentasi lahan umumnya disebabkan
oleh pewarisan.
Fenomena
tersebut merupakan bukti nyata bahwa tekanan penduduk muncul ketika pertumbuhan
penduduk yang bekerja di sektor pertanian menekan penggunaan sumber daya lahan
pertanian sehingga akan menimbulkan kemiskinan dan pengangguran.
Permasalahan
pembangunan pertanian lebih dominan disebabkan oleh lemahnya pembangunan
sosial. Faktor sosial (modal sosial) dan kelembagaan sebagai basis kristalisasi
nilai tidak ditangani secara baik. Kelembagaan pada tingkat mikro (kelompok
tani) yang merupakan basis berkembangnya modal sosial dari bawah, sehingga
perlu diperkuat karena berpotensi menjadi bahan bakar pembangunan sosial dan
ekonomi di pedesaan. Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah maka lembaga
pembangunan pertanian yang berinduk pada lembaga sektor nasional harus
menyesuaikan rencana dan strategi pembangunan sektor ke dalam pola pikir dan
tujuan pembangunan daerah.
Paradigma
modernisaisi pertanian yang bertujuan merubah sektor pertanian tradisional
menjadi sektor pertanian modern yang dikenal dengan “revolusi hijau” telah
mampu meningkatkan produksi pertanian khususnya pertanian tanaman pangan
(padi).
Menurut
Soetrisno (2002), juga diikuti dengan munculnya berbagai masalah generasi
kedua, seperti: (1) rentannya sistem pertanian pangan di Negara-negara sedang
berkembang terhadap serangan hama penyakit; (2) ketergantungan petani pada
input-input modern (pupuk kimiawi, pestisidan dan herbisida); (3) masalah
sosial (perbedaan antara petani kaya dan petani miskin) yang disebabkan oleh
adanya perubahan dalam berbagai situasi tradisional yang semula berperan dalam
mekanisme pemerataan; dan (4) berkembangnya ekonomi uang di daerah pedesaan.
2.3 Komunikasi Pembangunan dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan
pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara hakiki,
pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya
pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada
dasarnya diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena
pendidikan merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna
bahwa pemberian layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga
negara adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan
keluarga.
Karena itu,
manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara
terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya
bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
A. Esensi
Pendidikan dalam Pembangunan
Upaya
pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan komitmen Internasional,
sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan yang dikenal
dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.
Kesepakatan
Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for All (EFA)
meliputi enam komponen penting, yaitu:
1.
Pendidikan anak usia dini (PAUD)
2.
Pendidikan Dasar
3.
Pendidikan Keaksaraan
4.
Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill)
5.
Kesetaraan dan Keadilan Gender
6.
Peningkatan mutu pendidikan.
Status
pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara
keduanya;
1.
Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia
sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia.
2.
Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang
menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan
(pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya).
Dalam
meningkatkan manusia sebagai makhluk individu yang berpotensi fisik dan
nirfisik, dilaksanakan dengan pemberian pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
sikap. Pembentukan nilai adalah nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai
keagamaan sesuai dengan agama masing-masing dalam rangka meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Proses transformasi tersebut
berlangsung dalam jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
John Vaizei
dalam bukunya Education in the Modern World (1965) mengemukakan peranan
pendidikan sebagai berikut: (1) melalui lembaga mengemukakan peranan pendidikan
tinggi dan lembaga riset memberikan gagasan-gagasan dan teknik baru, (2)
melalui sekolah dan latihan-latihan mempersiapkan tenaga kerja terampil
berpengetahuan, dan (3) penanaman sikap.
Dalam
menghadapi perubahan masyarakat yang terus menerus dan berjalan secara cepat
manusia dituntut untuk selalu belajar dan adaptasi dengan perkembangan
masyarakat sesuai dengan zamannya. Dengan perkataan lain manusia akan menjadi
”pelajar seumur hidup”. Untuk itu sekolah berperan untuk mepersiapkan peserta
didiknya menjadi pelajar seumur hidup yang mampu belajar secara mandiri dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang ada di sekolah maupun di luar
sekolah.
Menurut
Moedjiono dalam buku dasar-dasar Kependidikan (1986), mengemukakan bahwa
aktivitas belajar dalam rangka menghadapi perubahan-perubahan yang cepat di
dalam masyarakat menghendaki (1) kemampuan untuk mendapatkan informasi, (2)
keterampilan kognitif yang tinggi, (3) kemampuan menggunakan strategi dalam
memecahkan masalah, (4) kemampuan menentukan tujuan yang ingin dicapai, (5)
mengevaluasi hasil belajar sendiri, (6) adanya motivasi untuk belajar, dan (7)
adanya pemahaman diri sendiri.
B. Sumbangan
Pendidikan pada Pembangunan
Kita tidak
bisa memungkirinya bahwa sumbangan pendidikan pada pembangunan sangatlah besar,
meskipun hasilnya tidak bisa kita lihat dengan segera. Tapi ada jarak penantian
yang cukup lama antara proses dimulainya usaha dengan hasil yang ingin dicapai.
Sumbangan
pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya,
segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja.
1.
Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang
ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat
dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi
sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2.
Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran
pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan
informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat
(pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam
jabatan.
3.
Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi
pendidikan dasar (basic education), pndidikan lanjutan, menengah, dan
pendidikan tinggi.
4.
Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor
kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan,
perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan l;ain-lain.
2.4 Komunikasi
Pembangunan dalam Bidang
Kesehatan
Keterkaitan dan keterpaduan antara
komunikasi dan kesehatan sudah lahir sejak tahun 1978. Pada tahun 1978 di Alma
Ata, Rusia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprakarsai perubahan yang
mendasar dalam program WHO yang berorientasi pada pemberantasan penyakit ke
arah pencegahan. Strategi pemeliharaan kesehatan dasar ini dimaksudkan untuk
menyediakan pelayanan dasar kesehatan ibu dan anak, memperluas komunikasi di
bidang kesehatan, dan meningkatkan pemanfaatan tenaga pelaksana kegiatan
kesehatan di desa.
Seiring dengan program WHO lahirlah
sebuah istilah komunikasi kesehatan (health communication). Komunikasi
kesehatan yang dimaksud tidak lain adalah suatu penerapan komunikasi
pembangunan untuk keperluan kesehatan masyarakat (Nasution, 1988).
Komunikasi kesehatan secara umum
dapat didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis, untuk mempengaruhi secara
positif prilaku kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan menggunakan
prinsip dan metode komunikasi massa, dengan pengajaran, pemasaran sosial,
analisis prilaku dan antropologis medis (USAID,1988). Tujuan utama dari
komunikasi kesehatan tersebut adalah terciptanya perubahan prilaku kesehatan
dan derajat kesehatan masyarakat.
Di Indonesia sendiri mengenai
penerapan komunikasi pembangunan dalam bidang kesehatan bisa dilihat dari
proyek pengembangan penyuluhan gizi (Nutrition Communication and Behavior
Change Project). Dengan mengggunakan praktek komunikasi untuk memantapkan
peranan ibu-ibu dalam pemberian makan anak, setelah 24 bulan hasil survei
membuktikan terdapat 40% anak-anak diwilayah kegiatan praktek komunikasi yang
dilakukan menampakkan status gizinya lebih baik dari pada anak-anak di wilayah
pembanding.
Komunikasi di bidang pembangunan
kesehatan tidak bisa di anggap sebelah mata, beberapa negara melakukan studi
tentang hal ini dan hasilnya menunjukkan bahwa dengan menghadirkan peranan
komunikasi di bidang kesehatan akan ikut menentukkan tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan itu sendiri.
Penerapan komunikasi pembangunan di
bidang kesehatan, termasuk yang intensif pengembangannya. Di lapangan ini sudah
di kenal istilah “health communication”
atau komunikasi kesehatan, yang pada dasarnya merupakan penerapan komunikasi
pembangunan untuk keperluan pelayanan kesehatan masyarakat (Nasution, 2007;
206).
Dalam mewujudkan Visi Indonesia
Sehat, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
1.
Menggerakkan
pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Untuk dapat terwujudnya Indonesia
Sehat, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan
pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh
karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai
penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2.
Mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Perilaku sehat dan kemampuan
masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
3.
Memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
Salah satu tanggung jawab sektor
kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan
mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
4.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat
promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
2.5
Komunikasi Pembangunan dalam Bidang
Keluarga Berencana (KB)
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK) lahir untuk mengendalikan jumlah penduduk demi mewujudkan
pertumbuhan penduduk yang seimbang dan berkualitas.
Ketika Keluarga Berencana (KB) menjadi program nasional tahun
1970, tenaga Penyuluh KB (PKB) atau Petugas Lapangan KB (PLKB) menjadi motor
penggerak untuk menyosialisasikan program-program kependudukan, KB, dan
pembangunan keluarga yang berkualitas.
Program-program penyuluhan tersebut berjalan efektif dan
terasa nyata di masyarakat. Namun sejak era desentralisasi, sebagian kewenangan
program KKBPK dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah. Berjalannya waktu ternyata
program-program KB berjalan tidak efektif, akhirnya pemerintah pusat mengambil
alih agar program KB mendapat perhatian.
Kembalinya urusan pengelolaan tenaga PKB atau PLKB ke tingkat
pusat menjadi kabar baik untuk mewujudkan keluarga Indonesia yang berkualitas
dan sejahtera. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
dan Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri 120/253/SJ memberikan memberikan harapan
baru bangkitnya program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia.
Sektor ini agaknya dapat disebut sebagai aktivitas yang
paling serius hubungannya dengan komunikasi. Memang dapat dilihat dan dirasakan
bahwa setidak-tidaknya satu dekade belakangan ini, kegiatan komunikasi keluarga
berencana (KB) merupakan aktivitas yang paling gencar dan intensif dilakukan di
mana saja di negara sedang berkembang.
Secara garis besar, kegiatan komunikasi KB berkisar pada
beberapa hal pokok, yaitu:
1. Menanamkan pengertian bahwa jumlah anak perlu dikendalikan
/ direncanakan.
2. Mengubah persepsi bahwa semakin banyak anak berarti banyak
rezeki.
3. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan menggunakan alat
kontrasepsi
4. Mengubah sikap dan perilaku yang berkenaan dengan usia
perkawinan.
Ada beberapa penyebab intensifnya kegiatan komunikasi di
lapangan KB, yaitu (Nasution, 2007; 178):
a. Belajar dari keberhasilan yang dicapai pada bidang yang lain,
seperti pertanian, pendidikan, dan sebagainya.
b. Mendesaknya prioritas masalah kependudukan bagi sebagian
besar negara sedang berkembang.
c. Tersedianya dana dan sumber (resources) yang bukan saja
cukup, bahkan berlimpah, dari bahan-bahan internasional seperi Bank Dunia,
Population, Council, Rockefeller Foundation, dan lain sebagainya.
Adapun berbagai strategi komunikasi pembangunan yang
dipakai adalah komunikasi dan pengembangan diri, memanfaatkan media
rakyat dalam pembangunan,memaksimalkan peran komunikator sebagai agen
pembangunan, memanfaatkan jasa tekhnologi komunikasi dalam pembinaan
keluarga. Pihak-pihak yang terkait dalam pembinaan keluarga bisa lebih
memberikan perhatian terhadap masyarakat yang mungkin kurang memahami tentang
pembianaan keluarga sejahtera.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
secara tulisan melalui media (Onong, 2003;79).
Komunikasi Pembangunan adalah proses penyampaian materi
dalam rangka meningkatkan sesuatu agar menjadi lebih baik. Secara luas pengertian
Komunikasi Pembangunan adalah sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal
balik diantara semua pihak yang terlibat dala usaha pembangunan, terutama
masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian terhadap pembangunan.
80%
keberhasilan pertanian ditentukan petani. Namun pemerintah tetap perlu
dilibatkan untuk membangun infrastruktur (jalan, jaringan irigasi dan
sebagainya). Paradigma baru manajemen pembangunan pertanian adalah menempatkan
pemerintah dalam hal ini aparatur pertanian sebagai fasilitator, akselerator
dan regulator serta memberikan kesempatan lebih besar pada peran masyarakat
untuk lebih mendorong usaha-usaha yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat.
Karena itu,
manajemen sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara
terpadu, serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya
bagi warga masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
Penerapan komunikasi pembangunan di bidang
kesehatan, termasuk yang intensif pengembangannya. Di lapangan ini sudah di
kenal istilah “health communication” atau komunikasi kesehatan, yang pada
dasarnya merupakan penerapan komunikasi pembangunan untuk keperluan pelayanan
kesehatan masyarakat (Nasution, 2007; 206).
Secara garis besar, kegiatan komunikasi KB berkisar pada
beberapa hal pokok, yaitu:
1. Menanamkan pengertian bahwa jumlah anak perlu dikendalikan
/ direncanakan.
2. Mengubah persepsi bahwa semakin banyak anak berarti banyak
rezeki.
3. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan menggunakan alat
kontrasepsi
4. Mengubah sikap dan perilaku yang berkenaan dengan usia
perkawinan.
DAFTAR
PUSTAKA
Harun, H.
Rochajat. 2008. Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial. Jakarta:
Grafindo.
Rochim,
Achludin. 2010. Komunikasi Sosial Pembangunan. Surabaya: LP21.
Nasution,
Zulkarimen.2011. Komunikasi Pembangunan;
Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Yuwono,
Triwibowo. 2011. Pembangunan Pertanian:
Membangun Kedaulatan Pangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soekartawi.
2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.
Jakarta: UI Press.
Rachmat,
Hapsara Habib. 2010. Pembangunan
Kesehatan di Indonesia: Prinsip Dasar, Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa
Depannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Danim,
Sudarwan. 2010. Media Komunikasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ngainun
Naim. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Sulistyawati,
Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana
(KB). Jakarta: Salemba Medika.
Hartanto,
Hanafi. 2010. Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi (KB). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Mantap, tetap berkarya
BalasHapus