-->

Kamis, 09 April 2015

Model Komunikasi Massa Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
            Komunikasi Massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, heterogen, anonym yaitu sejumlah orang yang tidak tampak oleh sang komunikator, berbeda latar belakangnya, dan banyak. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa bersifat satu arah.

Begitu pesan disampaikan oleh komunikator, tidak diketahui apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh khalayak dan efek yang di terima tertunda bahkan tidak ada feedback sama sekali. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa atau media saluran dihasilkan oleh teknologi modern. Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu ‘massa’ disini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Dan yang menjadi media antara lain: televisi, radio, internet, majalah, koran, tabloid, buku, dan film.

1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.    Apa pengertian Komunikasi Massa menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble?
2.    Model Komunikasi Massa menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble?
3.    Studi kasus Model Komunikasi Massa Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble?

1.3    Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
Memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Komunikasi Massa dan Mengetahui serta memahami tentang Model Komunikasi Massa menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble.

1.4    Manfaat Makalah
Manfaat penulisan makalah ini adalah Menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan Model Komunikasi Massa terutama Model Komunikasi Massa menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble dan pengalaman yang berharga bagi penulis dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang Model Komunikasi Massa.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pencetus Teori
Michael W. Gamble (PhD, New York University; BA and MFA, University of Oklahoma) adalah seorang profesor komunikasi di New York Institute of Technology. Beliau sempat menjabat sebagai perwira dan mengajar Keterampilan Kepemimpinan untuk Sekolah Infanteri Angkatan Darat AS selama Perang Vietnam.
Teri dan Michael telah turut menulis banyak buku, termasuk Leading with Communication (©2013; SAGE), Communication Works (©2013, McGraw-Hill), Sales Scripts that Sell (© 2008; AMACOM), The Gender Communication Connection (Houghton Mifflin), dan Public Speaking in the Age of Diversity (Allyn & Bacon). Co-pendiri Interact Training Systems, sebuah perusahaan konsultan yang melakukan seminar, workshop, dan kursus singkat untuk bisnis dan organisasi profesional di seluruh Amerika Serikat, mereka juga memproduksi pelatihan dan materi pemasaran untuk organisasi penjualan.

2.2    Pengertian Komunikasi Massa Menurut Michael W. Gamble dan Teri K. Gamble
Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.      Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.
2.      Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.
3.      Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik.
4.      Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi suka rela.
5.      Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan.
6.      Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).

2.3    Model Komunikasi Massa Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble
Model komunikasi massa yang dikemukakan oleh Gamble dan Gamble bisa dijadikan pembeda komunikasi massa dengan komunikasi secara umum Perbedaannya adalah digunakannya media massa modern sebagai salah satu unsur yang memengaruhi model komunikasi yang dijalankan. Perbedaan lain adalah dikemukakannya fungsi gatekeeper dalam model ini.

n  Jika diringkas, sumber pesan mengalirkan pesan yang  “diedit” oleh penapis informasi.
n Kemudian pesan tersebut disebarkan melalui peralatan media massa, lalu diterima oleh audience.
n  Proses penerimaan pesan yang dilakukan oleh audience dipengaruhi oleh berbagai gangguan.
n Alur pesan selanjutnya, audience memberikan umpan balik pada pengirim pesan melalui berbagai macam saluran.
n   Proses penyebaran dan penerimaan pesan tersebut terus berjalan tanpa henti (komunikator dan komunikan) sama-sama penting di dalam proses komunikasi massa tersebut.
n  Ciri lain : Audience ketika memberi repson kepada pengelola media, menurut G&G ia berposisi sebagai komunikator, dan pengelola media sebagai komunikan.


2.4    Gatekeeping
Gatekeeping adalah teori yang menekankan adanya peran krusial dari para penjaga gerbang (gatekeepers), yakni para eksekutif media, yang bisa membuka atau menutup ”gerbang” terhadap pesan-pesan yang akan disampaikan media. Merekalah yang menentukan, pesan atau isi apa yang dimuat atau ditayangkan di media, dan pesan mana pula yang tidak dimuat atau tidak ditayangkan di media. Misalnya, apakah para produser di Divisi News Trans TV memutuskan untuk menayangkan atau tidak menayangkan berita tentang peristiwa tertentu.
Setiap media memiliki penjaga gerbang tersendiri (gatekeeper). Mereka berfungsi sebagai penjaga gerbang yang menentukan peristiwa apa yang diberitakan, atau ide/gagasan apa yang ditampilkan. Dalam pendekatan ini, para jurnalis, produser, atau pengelola media, harus bersikap kritis dan cermat dalam menyeleksi atau memilah-milah berita, serta pesan yang mau disampaikan lewat berita itu. Berita atau pesan yang tidak mendukung ke arah pembentukan karakter bangsa yang kuat, maka tidak perlu disiarkan sama sekali.
Sebagai gatekeeper informasi, pers selektif memilih berita yang akan dilaporkan, menentukan apa yang harus dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Karena khalayak akan cendrung terpengaruh terhadap berita yang dibaca, didengar atau dilihatnya.
Gatekeeper memiliki kemampuan kontrol besar dalam komunikasi massa. Dia juga sangat krusial untuk mengetahui siapa mereka dan bagaimana mereka berfungsi. Peran individu-individu ini tentunya  juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berasal dari dalam (intrinsik) mau pun luar organisasi media (ekstrintik). Yang mana pengaruh tersebut sangat mudah mendatangkan isu-isu di tengah masyarakat dan memutar-balik antara fakta dan kenyataan yang terjadi.

2.5 Studi Kasus Model Komunikasi Massa G & G
Proses Gatekeeping :
Keterangan :      X = Sumber Informasi
A = Pengirim
B = Penerima Pesan/Audience
C = Gatekeeper/Editorial Function
F = Jalur feedback
Tahapan gatekeeping yang terjadi di ruang redaksi Metro TV, ini melibatkan Reporter dan Produser. Dalam model tersebut A sebagai pengirim, adalah Reporter, sedangkan C
sebagai gatekeeper adalah Produser dan B adalah audience atau pemirsa. Produser
adalah  orang  yang  memiliki  kewenangan  dan  tanggung jawab  untuk  melakukan
seleksi terhadap berita-berita yang telah dibuat oleh Reporter. Di tangan Produser lah,
sebuah  berita  yang  telah  dibuat  reporter  dapat  ditayangkan  dan  dinikmati  para
pemirsa.
            Diruang redaksi Metro TV, yang bertindak sebagai gatekeeper adalah Pemimpin Redaksi, Manager News dan Kepala peliputan. Mereka inilah yang bertanggungjawab dalam melaksanakan mekanisme gatekeeping. Proses gatekeeping menempatkan individu gatekeeper diruang redaksi yang menerima banyak informasi dari berbagai sumber yang kemudian dipilih mana yang dapat dijadikan berita. Sehubungan dengan kelayakan berita, didasarkan pada norma-norma jurnalistik.
            Keputusan untuk menayangkan sebuah peristiwa menjadi berita di Program Berita Metro TV merupakan suatu kesepakatan para awak redaksi pemberitaan yang bertindak sebagai gatekeeper yang berlangsung didalam organisasi redaksi. Untuk melaksanakan kesepakatan peristiwa-peristiwa yang akan menjadi agenda setting yang diputuskan dalam Rapat Redaksi, secara rutin para gatekeeper melakukan rapat redaksi harian untuk menetapkan proyeksi, budgeting dan listing berita. Rapat rutin tersebut merupakan perwujudan dari mekanisme gatekeeping yang melakukan seleksi terhadap peristiwa-peristiwa yang disepakati untuk diliput.
            Para Produser inilah yang sehari-hari melakukan peran sebagai gatekeeper, yaitu
menyiapkan rundown program berita dengan menempatkan dan menetapkan berita
pada  segmen-segmennya. Produser  sebagai  gatekeeper  memiliki  kewenangan  untuk  menjalankan proses gatekeeping dengan mengganti, menghilangkan, menambahkan berita dan gambar yang dipersiapkan reporter dan kamerawan. Selain itu, produser juga berwenang meminta memiliki kewenangan untuk menunda atau memindahkan penayangan berita tersebut, dan juga berhak untuk tidak menayangkan berita tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi Massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, heterogen, anonym yaitu sejumlah orang yang tidak tampak oleh sang komunikator, berbeda latar belakangnya, dan banyak. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dann tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut.
Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi suka rela. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan.
Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda.

3.2    Saran      
Secara praktis, diharapkan para gatekeeper di media massa bertanggungjawab atas perannya sesuai dengan editorial policy yang ditetapkan media yang bersangkutan. Pemahaman atas peristiwa-peristiwa yang berlangsung tidak saja pada peristiwanya namun  juga  memahami  latar  belakang  sebuah  peristiwa, sehingga  dapat  menghasilkan  berita  yang  komprehensif.  Hal  ini  juga  sangat bergantung pada ketangguhan, kehandalan dan kemampuan serta kearifan masing-masing jurnalis secara pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo.

Nurudin,M.Si, 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers

http://jikomundana.wordpress.com/2012/11/20/komunikasi-massa/
(Di akses tanggal 09 Desember 2014, Pukul 19.44 wib)

Jurnal, Makalah, Artikel :
Santoso Budi. Proses Gatekeeping diruang Redaksi. Universitas Gunadarma. Jakarta. 2013

Posting Komentar