-->

Kamis, 09 April 2015

Komunikasi Pembangunan Suatu Bentuk Modernisasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.          Latar Belakang
Pembangunan adalah suatu jenis perubahan sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih baik. Pembangunan adalah moderniasi di tingkat sosial.
Komunikasi pembangunan menurut Quebral dan Gomez (1976), yakni komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan social yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan pembangunan manusiawi, dan itu berarti komunikasi yang akan menghapuskan kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan.


Komunikasi pembangunan lahir pada tahun 1950-an. Konsepsinya sudah menarik perhatian ilmuwan sebelum PD II dan menemukan bentuknya saat Presiden AS, Harry S. Truman, menyampaikan pidato pada Januari 1949. Isi dari pidatonya yakni, setelah berakhirnya masa perang, AS akan menginvestasikan energinya secara substansial pada usaha-usaha besar dan konstruktif untuk menciptakan kembali perdamaian, stabilitas, dan kemerdekaan dunia. AS akan melaksanakan program baru yang tangguh dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan industri untuk perbaikan dan pertumbuhan negara-negara miskin di dunia melalui bantuan teknik (technical assitance) dan keuangan. Gagasan AS dalam butir keempat tersebut tersebut direalisasikan melalui Marshall Plan yang ditujukan pada bangsa-bangsa di Amerika Latin, Afrika, dan Asia untuk meneruskan pembangunan sosial ekonomi. Marshall Plan kemudian terkenal di dunia internasional karena program bantuan AS untuk membangun kembali negara-negara sekutunya di Eropa yang hancur akibat PD II.
Aksi AS tersebut diilhami oleh karya Daniel Lerner (1917-1980) melaui bukunya The Passing of Traditional Society : Modernizing the Middle East. Buku ini membahas peranan kemampuan baca tulis (literacy) dan ketersediaan media massa dalam proses modernisasi individu di enam negara di Timur Tengah. Modernisasi itu sendiri dimaknai sebagai proses transformasi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Lerner meyakini bahwa komunikasi, atau lebih tepatnya komunikasi massa, memiliki peran penting dan signifikan bagi setiap orang dalam proses modernisasi diri, yakni bagaimana menjadikan individu-individu memiliki karakteristik manusia modern. Bersamaan ide-ide modernisasi dari sisi politik dan ekonomi yang menjadi landasan pembangunan pada saat itu mengalami masa keemasannya, sehingga hampir identik antara modernisasi dan pembangunan dimana sebagian besar negara berkembang terpesona dan menaruh harapan besar pada modernisasi.
Pasca PD II, banyak negara-negara yang memperoleh kebebasan (merdeka) dari bangsa kolonial. Masing-masing negara mulai menata bangsa dan negaranya. Bukan hal yang mudah dilakukan dimana kondisi masing-masing negara juga dalam keterpurukan, yakni : kehidupan sosial-ekonomi merana akibat penjajahan, tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, keadaan pendidikan yang menyedihkan, kondisi kesehatan yang parah, dll. Keadaan tersebut menggambarkan suatu keadaan yang sangat tertinggal dan jauh dari kemajuan sehingga pada masa itu dikenal dua macam keadaan, yakni : negara maju dan negara berkembang.
Konsep untuk mengubah perbedaan keadaan datang dari dunia maju dimana menurut pakar ekonomi Barat, negara yang baru merdeka harus dibebaskan dari lingkaran setan kemiskinan (tidak memiliki industri karena miskin, miskin karena tidak memiliki industri). Uang dan pengetahuan dibutuhkan untuk mengatasi hal tersebut. Negara Barat yakin bahwa untuk mengatasi masalah ketertinggalan negara miskin adalah dengan penerapan sistem ekonomi dan politik yang ada di Barat ke negara-negara dunia ketiga dengan unsur sentral pemikiran yakni pertumbuhan. Pertumbuhan itu sendiri diidentikkan dengan progress sehingga pembangunan yang dilakukan dikenal sebagai modernisasi.
Menurut (Everet Roger, 1981 : 25), Modernisasi adalah proses dengan mana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup yang lebih kompleks dan maju secara teologis serta cepat berubah. Disini hendak dilanjutkan modernisasi mempelajari dan meneliti sikap dan pendapat atau bertujuan untuk perubahan teknologi, yakni merubah sosial ekonomi masyarakat. Defenisi modernisasi dikembangkan dari berbagi ilmu, Modernisasi mengandung makna perubahan. Istilah modernisasi bersal dari bahasa latin yang berarti maju dan berkembang. Jadi modernisasi berasal dari kata modern yang artinya sesuatu yang baru sebelum tidak ada kemajuan menjadi ada, dan sesuatu yang ada itu kemudian diperbaiki dan diperbaharui menjadi modernisasi.
Berbagai dampak negatif modernisasi di negara berkembang tersebut antara lain, munculnya ketergantungan (dependecy) terhadap negara maju, meningkatnya tingkat konsumerisme negara berkembang, serta mulai terkikisnya nilai-nilai budaya negara berkembang itu sendiri, mengingat modernisasi tidak hanya berlaku pada sektor ekonomi ataupun politik semata, tetapi juga dalam aspek sosial dan budaya. Nilai-nilai budaya yang sangat kental di negara-negara berkembang, mulai terkikis dengan masuknya nilai-nilai budaya asing (barat). Persaingan yang tidak sehat serta individualistik yang mulai menjamur di negara-negara berkembang.
Di lain pihak, modernisasi juga membawa dampak positif terhadap negara berkembang. Di antaranya ialah pertama, meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja manusia sebagai akibat bertambahnya pengetahuan,bertambahnya peralatan yang serba canggih dan bertambahnya jarak komunikasi manusia di dunia. Modernisasi dalam hal ini berhubungan erat dengan globalisasi. Sistem informasi dan komunikasi tidak dibatasi oleh jarak dan waktu lagi. Kedua, Meningkatkan prokduktivitas kerja manusia. Ketiga, Meningkatnya volume ekspor. Peningkatan volume ekspor ini menjadi suatu keuntungan bagi negara berkembang, mengingat negara berkembang sangat menggantungkan devisa negarnya terhadap sektor ekspor. Sehingga ketika volume ekspor meningkat maka devisa negara juga akan mengalami peningkatan. Keempat, Tersedianya berbagaimacam barang komsumsi. Kelima, Berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi. Keenam, Meluasnya lapangan pekerjaan. Serta Ketujuh, Munculnya profesionalisme dan spesialisasi ketenagakerjaan.


BAB II
PEMBAHASAN

II.       Kerangka Teori
Teori Pembangunan Walr Whitman Rostow
W.W. Rostow merupakan seorang ekonom Amerika Serikat yang menjadi Bapak Teori Pembangunan dan Pertumbuhan. Teorinya mempengaruhi model pembangunan di hampir  semua Dunia Ketiga. Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam konteks perang dingin serta membendung pengaruh sosialisme. Itulah makanya, pikiran Rostow pertama dituangkan dalam makalah yang secara jelas sebagai manifesto non-komunis. Dalam tulisan yang berjudul The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto, Rostow membentangkan pandangannya tentang modernisasi yang dianggapnya sebagai cara untuk membendung semangat sosialisme.
Teori Rostow tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan sebuah versi dari teori modernisasi dan pembangunan, yaitu suatu teori yang meyakini bahwa factor manusia (bukan struktur dan sistem) menjadi focus utama perhatian mereka. Teori pertumbuhan adalah suatu bentuk teori modernisasi yang menggunakan metafora pertumbuhan, yakni tumbuh sebagai organisme. Rostow melihat perubahan social, yang disebut sebagai pembangunan, sebagai proses evolusi perjalanan dari tradisional ke modern. Pikiran teori pertumbuhan ini dijelaskan secara rinci oleh Rostow (1960) yang sangat terkenal yaitu The Five-Stage Scheme. Asumsinya adalah bahwa semua masyarakat termasuk masyarakat Barat pernah mengalami “tradisional” dan akhirnya menjadi “modern”. Sikap manusia tradisional dianggap sebagai masalah. Seperti pandangan Rostow dan pengikutnya, development akan berjalan secara hampir otomatis melalui akumulasi modal (tabungan dan investasi) dengan tekanan dan bantuan luar negeri. Dia memfokuskan pada perlunya elit wiraswasta yang menjadi penggerak proses itu.
Pandangan Rostow tentang teori perubahan social tersebut diuraikan dalam bukunya yang berjudul The Stage of Economic Growth. Dalam buku tersebut Rostow menjelaskan bagaimana perubahan social dalam lima tahapan pembangunan ekonomi terjadi. Tahapan pertama adalah masyarakat tradisional, kemudian berkembang menjadi prakondisi tanggal landas, lantas diikuti masyarakat tanggal landas, kemudian masyarakat pematangnan pertumbuhan, dan akhirnya mencapai masyarakat modern yang dicita-citakan, yaitu masyarakat industry yang disebutnya sebagai masyarakat konsumsi masa tinggi (High Mass Consumption).
Bagaimana masyarakat modern dapat tercapai, Rostow mengajukan persyaratan utamanya, yaitu tersedianya modal. Modal harus diusahakan melalui penggalian investasi dengan cara pemindahan sumber dana atau kebijakan pajak. Selain itu, modal juga dapat diperoleh dari lembaga-lembaga keuangan atau obligasi pemerintah untuk tujuan produktif. Selebihnya modal juga dapat dihimpun melalui devisa dari perdagangan internasional. Saran Rostow yang terakhir, dan nampaknya sangat penting untuk mendapatkan modal adalah melalui penarikan investasi modal asing. Diantara tahapan yang penting adalah tahapan tanggal landas. Baginya tahapan ini merupakan tahapan krusial dan oleh karena itu harus diusahakan kemampuan melakukan investasi sampai 10% dari pendapatan nasional untuk bidang yang menguntungkan, seperti industry.
Teori Modernisasi Rostow ini merupakan teori pertumbuhan tahapan linier (linier stage of growth  models). Dimana pembangunan dikaitkan dengan perubahan dari masyarakat agraris dengan budaya tradisional ke masyarakat rasional, industrial, dan berfokus pada ekonomi pelayanan.  pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh peningkatan secara kuantitas dan kualitas dari faktor produksi dalam sebuah negara yang meliputi tanah, tenaga kerja, modal, dan pengusaha.
Lima tahap pembangunan menurut Rostow (1960) adalah:

a.      Masyarakat tradisional
Sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan oleh struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah.
b.      Pra-kondisi tinggal landas
Selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai sebuah pembangunan yang dinamis. Model perkembangan ini merupakan hasil revolusi industri. Konsekuensi perubahan ini, yang mencakup juga pada perkembangan pertanian, yaitu tekanan kerja pada sektor-sektor primer berlebihan. Sebuah prasyarat untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yang berlangsung dalam satu abad terakhir.
c.       Tinggal landas
Tahapan ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik utama dari pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang tidak membutuhkan dorongan dari luar. Seperti, industri tekstil di Inggris, beberapa industri dapat mendukung pembangunan. Secara umum “tinggal landas” terjadi dalam dua atau tiga dekade terakhir. Misalnya, di Inggris telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-17 atau di Jerman pada akhir abad ke-17.
d.      Menuju kedewasaan
Kedewasaan pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus antara 40 hingga 60 persen. Dalam tahap ini mulai bermunculan industri dengan teknologi baru, misalnya industri kimia atau industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari kemakmuran ekonomi dan sosial. Pada umumnya, tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun setelah tinggal landas. Di Eropa, tahapan ini berlangsung sejak tahun 1900.
e.       Era konsumsi tinggi
Ini merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model pembangunan Rostow. Pada tahap ini, sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orang-orang yang hidup di masyarakat itu mendapat kemakmuran dan keserbaragaman sekaligus. Menurut Rostow, saat ini masyarakat yang sedang berada dalam tahapan ini adalah masyarakat Barat atau Utara.
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan sebagai teori modernisasi. Walt Whitman Rostow mengembangkan ide tentang perspektif identifikasi dimensi ekonomi menjadi lima tahap tersebut dengan tujuan meluncurkan teorinya sebagai ‘sebuah manifesto anti-komunis’. Rostow menjadikan teorinya sebagai alternatif bagi teori Karl Marx mengenai sejarah modern. Fokusnya pada peningkatan pendapatan per kapita, Buku itu kemudian mengalami pengembangan dan variasi pada tahun 1978 dan 1980.
Rostow pulalah yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk menyebut kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan. Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.

III.    Pembahasan
Berbicara tentang pembangunan, tentu saja tidak terlepas dari negara maju ataupun negara berkembang. Di mana setiap negara, baik itu negara terbelakang, negara dunia ketiga, ataupun negara maju, pada realitasnya sedang berusaha menciptakan pembangunan yang maksimal untuk mencapai dan memenuhi kepentingan nasionalnya. Pembangunan pada saat ini, tidak hanya sekedar menjadi cara atau strategi pemenuhan kebutuhan, tetapi juga berkembang menjadi ideologi dan prioritas utama tiap negara dalam rangka mempertahankan eksistensinya di dunia internasional.
Dalam rangka menciptakan pembangunan secara maksimal, negara membutuhkan instrumen-instrumen yang akan membantu proses pembangunan tersebut. Salah satu instrumen tersebut adalah modernisasi. Pasca Perang Dunia II, terdapat dua hal yang menarik. Pertama, adanya proses dekolonialisasi, mengakibatkan hadirnya negara baru yang umumnya bekas negara jajahan, yaitu negara berkembang. Kedua, masyarakat internasional tidak lagi disibukkan perebutan wilayah yang kerap berujung peperangan, tetapi lebih disibukkan perebutan pasar (market).
Kecenderungan perubahan konsentrasi masyarakat internasional dan negara terhadap perebutan pasar, menjadi titik awal berkembangnya modernisasi di dunia internasional khususnya di negara berkembang itu sendiri. Munculnya dikotomi dan pembagian antara negara maju dan negara berkembang, semakin memicu kesenjangan yang terjadi pada masa itu hingga saat ini.
Ketertinggalan negara dunia ketiga cukup memberi jarak antara negara maju dan negara berkembang. Hal itu sendiri membuat negara maju menggunakan cara peniruan sistem mereka sehingga secara berturut-turut masyarakat tradisional menjadi modern, begitu juga sektor-sektor yang ada di negaranya. Inti dari model pembangunan ini adalah industrialisasi produksi dalam bentuk westernisasi. Konsep ini kemudian memiliki ideologi, yakni :
a.       Essensi pembangunan adalah memaksimalkan penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat.
b.      Dunia maju dan dunia berkembang dibedakan oleh barang dan jasa.
c.       Cara cepat dan efektif yang membawa perubahan kesadaran dilakukan melalui teknologi yang berbasis komunikasi terutama radio.
Tahun 1960-an, berkembang spesialisasi komunikasi mengenai penerapan teori dan konsep komunikasi yang khusus untuk kepentingan pelaksanaan pembanguan yang dikemukakan oleh Quebral (1968). Quebral menekankan bahwa pembangunan harus dibarengi terbukanya akses masyarakat ke partisipasi politik, pendidikan, kebebasan berpendapat dan kehidupan yang lebih sejahtera, bukan sekedar proses kuantitatif dan linear seperti maksimalisasi barang dan jasa, tapi membutuhkan juga distrbusi produk ekonomi secara adil dan merata. Hal ini Penggerak utama pembangunan bukan hanya terletak pada media massa tapi liberalisasi masyarakat dari struktur ketidakseimbangan ekonomi, sosial, dan politik secara nasional dan internasional.
Intinya adalah menciptakan iklim kondusif bagi pertumbuhan produk dan jasa sebagai penggerak utama perekonomian. Komunikasi pembangunan membutuhkan model komunikasi yang cepat, murah, dan missal bagi tujuan pembangunan. Istilah yang muncul sebelum Development Communication adalah Jurnalisme Pembangunan. Jurnalisme Pembangunan merupakan peliputan pembangunan sebagai proses, bukan hanya peristiwa pembangunan. Penekanan dalam berita pembangunan bukan kejadian di saat tertentu tapi pada apa yang berlangsung di periode tertentu, sehingga tersampaikan kepada khalayak proses perubahan sosial da ekonomi yang bersifat berkesinambungan dan jangka panjang  sehingga berita pembangunan berbeda dengan spot news. Jurnalisme pembangunan harus kritis mengkaji, mengevaluasi, dan memerikan sesuatu dengan memperhatikan hal-hal relevansi suatu proyek pembangunan dengan kebutuhan nasonal dan terutama dengan kebutuhan lokal. Selain itu juga harus memperhatikan kesenjangan perencangan program dengan implementasi, dan jurnalisme pembangunan harus melihat perbedaan dampak terhadap msayarakat seperti yang diklaim pemerintah dengan yang diklaim masyarakat. Para ahli komunikasi menyadari bahwa efektifitas dan daya jangkauan media massa dalam masyarakat dapat mengcover secara luas sehingga cocok untuk penyebaran informasi pembangunan.
Peran komunikasi dalam pembangunan menurut Hedebro (dalam Nasution, 2004:102-103) :
   1.      Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi.
   2.      Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari baca-tulis ke pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan, hingga reparasi mobil (Schram,1967).
   3.      Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.
   4.      Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan kepribadian yang mobile.
   5.      Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata. 
   6.      Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan dari masa transisi (Rao,1966).
   7.      Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di tengah kehidupan masyarakat.
   8.      Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional, dengan membawa pengetahuan kepada massa. Mereka yang beroleh informasi akan menjadi orang yang berarti, dan para pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang-orang lain yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.
   9.      Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai sesuatu yang mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.
  10.  Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadari pentingnya arti mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas politik (Rao, 1966)
11.  Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.
12.  Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri (self-perpetuating).
Negara maju, sejak munculnya revolusi industri di Inggris, mulai melancarkan rencana ekspansi pasar dan dominasinya terhadap negara-negara berkembang. Negara maju dengan lihai menggunakan dan mengagung-agungkan modernisasi sebagai langkah yang tepat untuk menciptakan pembangunan yang maksimal di negara berkembang. Modernisasi itu sendiri merujuk pada perubahan (transformasi) masyarakat ke arah yang lebih baik dengan penggunaan teknologi serta organisasi sosial  dalam rangka memenuhi kebutuhan. Tidak pelak lagi, strategi yang diluncurkan ke negara berkembang adalah dengan memberikan solusi kepada negara berkembang dengan cara memberikan pinjaman luar negeri agar dapat mengembangkan teknologi sebagai penunjang dan alat faktor produksi, serta memberikan investasi dan penanaman modal kepada negara berkembang untuk dapat mengembangkan dan mengelola sumber daya alam yang ada di negara-negara dunia ketiga tersebut. Pengembangan dan penggunaan teknologi serta pengelolaan sumber daya alam menjadi fokus dari modernisasi yang dilancarkan oleh negara maju.
Bagi negara berkembang, penggunaan teknologi yang menjadi instrumen penting dalam sektor produksi dan distribusi, merupakan hal yang tidak mudah. Diperlukan modal yang besar mengingat negara berkembang bukanlah produsen dari teknologi tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya ketergantungan (dependecy) negara berkembang terhadap negara maju.  Negara maju memberikan pinjaman dan bantuan berupa modal kepada negara berkembang sebagai upaya untuk pengembangan teknologi itu sendiri. Ironisnya, modal yang diberikan tersebut akan kembali ke tangan negara-negar maju, negaa berkembang membeli barang manufaktur dan teknologi tersebut ke negara-negara maju. Jadilah, negara berkembang memiliki tingkat konsumerisme yang tinggi terhadap barang-barang teknologi tersebut dengan penggunaan pinjaman dari negara maju. Sungguh siklus yang benar-benar ter-skenario dengan baik.
Pada masa sekarang ini, modernisasi tidak lagi menjadi sebuah pilihan. Tetapi sebuah kewajiban yang dipaksakan terhadap negara berkembang. Globalisasi yang turut berperan penting dalam perluasan modernisasi ini, menjadi sebuah keharusan bagi negara berkembang untuk dapat bersaing dengan negara-negara maju serta negara-negara berkembang lainnya. Tidak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh negara berkembang selain ikut andil dalam modernisasi. Modernisasi merupakan jalan satu-satunya untuk dapat melanjutkan pembangunan. Tetapi diperlukan adanya filter dan pengontrolan yang sistematis yang dapat digunakan oleh negara berkembang terhadap proses modernisasi tersebut. Sehingga modernisasi tidak menjadi ancaman bagi entitas sebuah negara berkembang.



BAB III
KESIMPULAN

Dalam komunikasi sosial pembangunan, Komunikasi tentunya harus berada di garis depan untuk mengubah sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan.
Bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Pembangunan sistem nilai yang cocok dengan tuntutan kemajuan harus tetap dilandasi nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila sehingga  proses modernisasi di Indonesia benar-benar proses aktualisasi dari bangsa Indonesia sesuai dengan tuntutan zaman. Dan yang terakhir, kita sebagai masyarakat global diharapkan harus senantiasa bijak dalam menghadapi isu-isu global yang berkembang.
Jika kita telusuri, mungkin masih ada daerah atau desa-desa terpencil yang sampai saat ini masih belum terjamah oleh pemerintah. Namun, walau bagaimanapun pemerintah telah melakukan upaya serta strategi-strategi pembangunan untuk melakukan pembangunan secara baik. Jika itu masih belum dapat mewujudkan pembangunan yang merata, maka hanya dua hal yang perlu untuk diperbaiki, yaitu masyarakat dan pemerintah. Masyarakat harus dibimbing, diberikan pengarahan agar menjaga apa yang ada. Serta mencintai pembangunan demi kemajuan bersama. Dan pemerintah juga harus dibukakan matanya untuk melihat bagaimana penderitaan-penderitaan yang dirasakan oleh masyarakat. Mungkin dengan saling menghargai dan menjaga maka akan terwujud suatu pembangunan yang indah, merata, serta menyeluruh.  


Daftar Refensi
Buku
Schoorl, J.W. 1980. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. PT. Gramedia, Jakarta.
Rostow, Walt W, The Stages of Economic Growth dalam Economic History Review, New Series, Vol. 12, No. 1 (1959), pp. 1-16, Cabridge: Blackwell Publishing
Sztomka, Piotr. 2008, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada

Internet










[1] Modul Sosiologi Komunikasi, www.pksm.mercubuana.ac.id/new/...modul/94019-10-467818084395.doc, diaskes tanggal 05 April 2015.
[4] Schoorl, J.W. 1980. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. PT. Gramedia, Jakarta. Hal 111.
[5] Ibid, Schoorl, J.W. hal 127-128
[6] Ibid, Schoorl, J.W. hal 121
[9] Rostow, Walt W, The Stages of Economic Growth dalam Economic History Review, New Series, Vol. 12, No. 1 (1959), pp. 1-16, Cabridge: Blackwell Publishing.
[10] http://www.ekonomirakyat.org/edisi_5/artikel_1.htm
Diakses tanggal 06 April 2015
[11] Ibid, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_5/artikel_1.htm
Diakses tanggal 06 April 2015
[12] Sztomka, Piotr. 2008, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada
[15] Ibid.
[16] Modul Sosiologi Komunikasi, www.pksm.mercubuana.ac.id/new/...modul/94019-10-467818084395.doc, diaskes tanggal 05 April 2015.

Posting Komentar