BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Pembangunan
adalah suatu jenis perubahan sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan kepada
suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat
kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan
organisasi social yang lebih baik. Pembangunan adalah moderniasi di tingkat
sosial.
Komunikasi
pembangunan menurut Quebral dan Gomez (1976), yakni komunikasi pembangunan
merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara
sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan social yang
berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudkan untuk secara sadar meningkatkan
pembangunan manusiawi, dan itu berarti komunikasi yang akan menghapuskan
kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan.
Komunikasi pembangunan lahir pada tahun 1950-an.
Konsepsinya sudah menarik perhatian ilmuwan sebelum PD II dan menemukan
bentuknya saat Presiden AS, Harry S. Truman, menyampaikan pidato pada Januari
1949. Isi dari pidatonya yakni, setelah berakhirnya masa perang, AS akan
menginvestasikan energinya secara substansial pada usaha-usaha besar dan
konstruktif untuk menciptakan kembali perdamaian, stabilitas, dan kemerdekaan
dunia. AS akan melaksanakan program baru yang tangguh dengan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan industri untuk perbaikan dan pertumbuhan
negara-negara miskin di dunia melalui bantuan teknik (technical assitance) dan keuangan. Gagasan AS dalam butir keempat
tersebut tersebut direalisasikan melalui Marshall
Plan yang ditujukan pada bangsa-bangsa di Amerika Latin, Afrika, dan Asia
untuk meneruskan pembangunan sosial ekonomi. Marshall Plan kemudian terkenal di
dunia internasional karena program bantuan AS untuk membangun kembali
negara-negara sekutunya di Eropa yang hancur akibat PD II.
Aksi AS tersebut diilhami oleh karya Daniel Lerner
(1917-1980) melaui bukunya The Passing of
Traditional Society : Modernizing the Middle East. Buku ini membahas
peranan kemampuan baca tulis (literacy)
dan ketersediaan media massa dalam proses modernisasi individu di enam negara
di Timur Tengah. Modernisasi itu sendiri dimaknai sebagai proses transformasi
dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Lerner meyakini bahwa
komunikasi, atau lebih tepatnya komunikasi massa, memiliki peran penting dan
signifikan bagi setiap orang dalam proses modernisasi diri, yakni bagaimana
menjadikan individu-individu memiliki karakteristik manusia modern. Bersamaan
ide-ide modernisasi dari sisi politik dan ekonomi yang menjadi landasan pembangunan
pada saat itu mengalami masa keemasannya, sehingga hampir identik antara
modernisasi dan pembangunan dimana sebagian besar negara berkembang terpesona
dan menaruh harapan besar pada modernisasi.
Pasca PD II, banyak negara-negara yang memperoleh kebebasan
(merdeka) dari bangsa kolonial. Masing-masing negara mulai menata bangsa dan
negaranya. Bukan hal yang mudah dilakukan dimana kondisi masing-masing negara
juga dalam keterpurukan, yakni : kehidupan sosial-ekonomi merana akibat
penjajahan, tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, keadaan pendidikan yang
menyedihkan, kondisi kesehatan yang parah, dll. Keadaan tersebut menggambarkan suatu keadaan yang sangat tertinggal dan jauh
dari kemajuan sehingga pada masa itu dikenal dua macam keadaan, yakni : negara
maju dan negara berkembang.
Konsep untuk mengubah perbedaan keadaan datang dari dunia
maju dimana menurut pakar ekonomi Barat, negara yang baru merdeka harus
dibebaskan dari lingkaran setan kemiskinan (tidak memiliki industri karena
miskin, miskin karena tidak memiliki industri). Uang dan pengetahuan dibutuhkan
untuk mengatasi hal tersebut. Negara Barat yakin bahwa untuk mengatasi masalah
ketertinggalan negara miskin adalah dengan penerapan sistem ekonomi dan politik
yang ada di Barat ke negara-negara dunia ketiga dengan unsur sentral pemikiran
yakni pertumbuhan. Pertumbuhan itu sendiri diidentikkan dengan progress
sehingga pembangunan yang dilakukan dikenal sebagai modernisasi.
Menurut
(Everet Roger, 1981 : 25), Modernisasi adalah proses dengan mana individu
berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup yang lebih kompleks dan maju
secara teologis serta cepat berubah. Disini hendak dilanjutkan modernisasi mempelajari
dan meneliti sikap dan pendapat atau bertujuan untuk perubahan teknologi, yakni
merubah sosial ekonomi masyarakat. Defenisi modernisasi dikembangkan dari
berbagi ilmu, Modernisasi mengandung makna perubahan. Istilah modernisasi
bersal dari bahasa latin yang berarti maju dan berkembang. Jadi modernisasi
berasal dari kata modern yang artinya sesuatu yang baru sebelum tidak ada
kemajuan menjadi ada, dan sesuatu yang ada itu kemudian diperbaiki dan
diperbaharui menjadi modernisasi.
Berbagai dampak
negatif modernisasi di negara berkembang tersebut antara lain, munculnya
ketergantungan (dependecy) terhadap negara maju, meningkatnya tingkat
konsumerisme negara berkembang, serta mulai terkikisnya nilai-nilai budaya
negara berkembang itu sendiri, mengingat modernisasi tidak hanya berlaku pada
sektor ekonomi ataupun politik semata, tetapi juga dalam aspek sosial dan
budaya. Nilai-nilai budaya yang sangat kental di negara-negara berkembang,
mulai terkikis dengan masuknya nilai-nilai budaya asing (barat). Persaingan
yang tidak sehat serta individualistik yang mulai menjamur di negara-negara
berkembang.
Di lain pihak,
modernisasi juga membawa dampak positif terhadap negara berkembang. Di
antaranya ialah pertama, meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja
manusia sebagai akibat bertambahnya pengetahuan,bertambahnya peralatan yang
serba canggih dan bertambahnya jarak komunikasi manusia di dunia. Modernisasi
dalam hal ini berhubungan erat dengan globalisasi. Sistem informasi dan
komunikasi tidak dibatasi oleh jarak dan waktu lagi. Kedua, Meningkatkan
prokduktivitas kerja manusia. Ketiga, Meningkatnya volume ekspor.
Peningkatan volume ekspor ini menjadi suatu keuntungan bagi negara berkembang,
mengingat negara berkembang sangat menggantungkan devisa negarnya terhadap
sektor ekspor. Sehingga ketika volume ekspor meningkat maka devisa negara juga
akan mengalami peningkatan. Keempat, Tersedianya berbagaimacam barang
komsumsi. Kelima, Berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi. Keenam,
Meluasnya lapangan pekerjaan. Serta Ketujuh, Munculnya
profesionalisme dan spesialisasi ketenagakerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.
Kerangka
Teori
Teori
Pembangunan Walr Whitman Rostow
W.W.
Rostow merupakan seorang ekonom Amerika Serikat yang menjadi Bapak Teori
Pembangunan dan Pertumbuhan. Teorinya mempengaruhi model pembangunan di
hampir semua Dunia Ketiga. Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan
dalam konteks perang dingin serta membendung pengaruh sosialisme. Itulah
makanya, pikiran Rostow pertama dituangkan dalam makalah yang secara jelas
sebagai manifesto non-komunis. Dalam tulisan yang berjudul The Stages of
Economic Growth: A Non-Communist Manifesto, Rostow membentangkan
pandangannya tentang modernisasi yang dianggapnya sebagai cara untuk membendung
semangat sosialisme.
Teori
Rostow tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan sebuah versi dari teori
modernisasi dan pembangunan, yaitu suatu teori yang meyakini bahwa factor
manusia (bukan struktur dan sistem) menjadi focus utama perhatian mereka. Teori
pertumbuhan adalah suatu bentuk teori modernisasi yang menggunakan metafora
pertumbuhan, yakni tumbuh sebagai organisme. Rostow melihat perubahan social,
yang disebut sebagai pembangunan, sebagai proses evolusi perjalanan dari
tradisional ke modern. Pikiran teori pertumbuhan ini dijelaskan secara rinci
oleh Rostow (1960) yang sangat terkenal yaitu The Five-Stage Scheme. Asumsinya
adalah bahwa semua masyarakat termasuk masyarakat Barat pernah mengalami
“tradisional” dan akhirnya menjadi “modern”. Sikap manusia tradisional dianggap
sebagai masalah. Seperti pandangan Rostow dan pengikutnya, development akan
berjalan secara hampir otomatis melalui akumulasi modal (tabungan dan
investasi) dengan tekanan dan bantuan luar negeri. Dia memfokuskan pada
perlunya elit wiraswasta yang menjadi penggerak proses itu.
Pandangan
Rostow tentang teori perubahan social tersebut diuraikan dalam bukunya yang
berjudul The Stage of Economic Growth. Dalam buku tersebut Rostow
menjelaskan bagaimana perubahan social dalam lima tahapan pembangunan ekonomi
terjadi. Tahapan pertama adalah masyarakat tradisional, kemudian berkembang
menjadi prakondisi tanggal landas, lantas diikuti masyarakat tanggal landas,
kemudian masyarakat pematangnan pertumbuhan, dan akhirnya mencapai masyarakat
modern yang dicita-citakan, yaitu masyarakat industry yang disebutnya sebagai
masyarakat konsumsi masa tinggi (High Mass Consumption).
Bagaimana
masyarakat modern dapat tercapai, Rostow mengajukan persyaratan utamanya, yaitu
tersedianya modal. Modal harus diusahakan melalui penggalian investasi dengan
cara pemindahan sumber dana atau kebijakan pajak. Selain itu, modal juga dapat
diperoleh dari lembaga-lembaga keuangan atau obligasi pemerintah untuk tujuan
produktif. Selebihnya modal juga dapat dihimpun melalui devisa dari perdagangan
internasional. Saran Rostow yang terakhir, dan nampaknya sangat penting untuk
mendapatkan modal adalah melalui penarikan investasi modal asing. Diantara
tahapan yang penting adalah tahapan tanggal landas. Baginya tahapan ini
merupakan tahapan krusial dan oleh karena itu harus diusahakan kemampuan
melakukan investasi sampai 10% dari pendapatan nasional untuk bidang yang
menguntungkan, seperti industry.
Teori
Modernisasi Rostow ini merupakan teori pertumbuhan tahapan linier (linier
stage of growth models). Dimana pembangunan dikaitkan dengan
perubahan dari masyarakat agraris dengan budaya tradisional ke masyarakat
rasional, industrial, dan berfokus pada ekonomi pelayanan. pertumbuhan
ekonomi disebabkan oleh peningkatan secara kuantitas dan kualitas dari faktor
produksi dalam sebuah negara yang meliputi tanah, tenaga kerja, modal, dan
pengusaha.
Lima tahap pembangunan menurut Rostow (1960) adalah:
a.
Masyarakat
tradisional
Sistem
ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan
cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah
bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini
dicirikan oleh struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah.
b.
Pra-kondisi
tinggal landas
Selama
tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai sebuah
pembangunan yang dinamis. Model perkembangan ini merupakan hasil revolusi
industri. Konsekuensi perubahan ini, yang mencakup juga pada perkembangan
pertanian, yaitu tekanan kerja pada sektor-sektor primer berlebihan. Sebuah
prasyarat untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yang berlangsung
dalam satu abad terakhir.
c.
Tinggal
landas
Tahapan
ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik utama dari
pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang berkelanjutan yang
tidak membutuhkan dorongan dari luar. Seperti, industri tekstil di Inggris,
beberapa industri dapat mendukung pembangunan. Secara umum “tinggal landas”
terjadi dalam dua atau tiga dekade terakhir. Misalnya, di Inggris telah
berlangsung sejak pertengahan abad ke-17 atau di Jerman pada akhir abad ke-17.
d.
Menuju
kedewasaan
Kedewasaan
pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus antara 40 hingga 60
persen. Dalam tahap ini mulai bermunculan industri dengan teknologi baru,
misalnya industri kimia atau industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari
kemakmuran ekonomi dan sosial. Pada umumnya, tahapan ini dimulai sekitar 60
tahun setelah tinggal landas. Di Eropa, tahapan ini berlangsung sejak tahun
1900.
e.
Era
konsumsi tinggi
Ini
merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model pembangunan Rostow. Pada tahap
ini, sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orang-orang yang hidup di
masyarakat itu mendapat kemakmuran dan keserbaragaman sekaligus. Menurut
Rostow, saat ini masyarakat yang sedang berada dalam tahapan ini adalah
masyarakat Barat atau Utara.
Teori
Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan sebagai teori modernisasi.
Walt Whitman Rostow mengembangkan ide tentang perspektif identifikasi dimensi
ekonomi menjadi lima tahap tersebut dengan tujuan meluncurkan teorinya sebagai ‘sebuah
manifesto anti-komunis’. Rostow menjadikan teorinya sebagai alternatif bagi
teori Karl Marx mengenai sejarah modern. Fokusnya pada peningkatan pendapatan
per kapita, Buku itu kemudian mengalami pengembangan dan variasi pada tahun
1978 dan 1980.
Rostow
pulalah yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor kapitalis
modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less developed’,
untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional,
dan terminologi ’more developed’ untuk menyebut kondisi suatu negara
yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis
modern.
Dalam
hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat
pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap
yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi
variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat
kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju
tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat unilinear dan
universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan,
dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari
masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada
rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’
sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang
yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas
dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan,
dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan
adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b)
sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan. Sebagai bagian
teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi
yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi
menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh
terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
III.
Pembahasan
Berbicara
tentang pembangunan, tentu saja tidak terlepas dari negara maju ataupun negara
berkembang. Di mana setiap negara, baik itu negara terbelakang, negara dunia
ketiga, ataupun negara maju, pada realitasnya sedang berusaha menciptakan
pembangunan yang maksimal untuk mencapai dan memenuhi kepentingan nasionalnya.
Pembangunan pada saat ini, tidak hanya sekedar menjadi cara atau strategi
pemenuhan kebutuhan, tetapi juga berkembang menjadi ideologi dan prioritas
utama tiap negara dalam rangka mempertahankan eksistensinya di dunia
internasional.
Dalam rangka
menciptakan pembangunan secara maksimal, negara membutuhkan instrumen-instrumen
yang akan membantu proses pembangunan tersebut. Salah satu instrumen tersebut
adalah modernisasi. Pasca Perang Dunia II, terdapat dua hal yang menarik. Pertama,
adanya proses dekolonialisasi, mengakibatkan hadirnya negara baru yang
umumnya bekas negara jajahan, yaitu negara berkembang. Kedua, masyarakat
internasional tidak lagi disibukkan perebutan wilayah yang kerap berujung
peperangan, tetapi lebih disibukkan perebutan pasar (market).
Kecenderungan
perubahan konsentrasi masyarakat internasional dan negara terhadap perebutan
pasar, menjadi titik awal berkembangnya modernisasi di dunia internasional
khususnya di negara berkembang itu sendiri. Munculnya dikotomi dan pembagian
antara negara maju dan negara berkembang, semakin memicu kesenjangan yang
terjadi pada masa itu hingga saat ini.
Ketertinggalan
negara dunia ketiga cukup memberi jarak antara negara maju dan negara
berkembang. Hal itu sendiri membuat negara maju menggunakan cara peniruan
sistem mereka sehingga secara berturut-turut masyarakat tradisional menjadi
modern, begitu juga sektor-sektor yang ada di negaranya. Inti dari model
pembangunan ini adalah industrialisasi produksi dalam bentuk westernisasi. Konsep
ini kemudian memiliki ideologi, yakni :
a.
Essensi
pembangunan adalah memaksimalkan penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat.
b.
Dunia
maju dan dunia berkembang dibedakan oleh barang dan jasa.
c.
Cara
cepat dan efektif yang membawa perubahan kesadaran dilakukan melalui teknologi
yang berbasis komunikasi terutama radio.
Tahun
1960-an, berkembang spesialisasi komunikasi mengenai penerapan teori dan konsep
komunikasi yang khusus untuk kepentingan pelaksanaan pembanguan yang
dikemukakan oleh Quebral (1968). Quebral menekankan bahwa pembangunan harus dibarengi terbukanya akses
masyarakat ke partisipasi politik, pendidikan, kebebasan berpendapat dan
kehidupan yang lebih sejahtera, bukan sekedar proses kuantitatif dan linear
seperti maksimalisasi barang dan jasa, tapi membutuhkan juga distrbusi produk
ekonomi secara adil dan merata. Hal ini Penggerak utama pembangunan bukan hanya
terletak pada media massa tapi liberalisasi masyarakat dari struktur
ketidakseimbangan ekonomi, sosial, dan politik secara nasional dan internasional.
Intinya
adalah menciptakan iklim kondusif bagi pertumbuhan produk dan jasa sebagai
penggerak utama perekonomian. Komunikasi pembangunan
membutuhkan model komunikasi yang cepat, murah, dan missal bagi tujuan
pembangunan. Istilah yang muncul sebelum Development
Communication adalah Jurnalisme Pembangunan. Jurnalisme Pembangunan
merupakan peliputan pembangunan sebagai proses, bukan hanya peristiwa
pembangunan. Penekanan dalam berita pembangunan bukan kejadian di saat tertentu
tapi pada apa yang berlangsung di periode tertentu, sehingga tersampaikan
kepada khalayak proses perubahan sosial da ekonomi yang bersifat berkesinambungan
dan jangka panjang sehingga berita
pembangunan berbeda dengan spot news. Jurnalisme pembangunan harus kritis
mengkaji, mengevaluasi, dan memerikan sesuatu dengan memperhatikan hal-hal
relevansi suatu proyek pembangunan dengan kebutuhan nasonal dan terutama dengan
kebutuhan lokal. Selain itu juga harus memperhatikan kesenjangan perencangan
program dengan implementasi, dan jurnalisme pembangunan harus melihat perbedaan
dampak terhadap msayarakat seperti yang diklaim pemerintah dengan yang diklaim
masyarakat. Para ahli komunikasi menyadari bahwa efektifitas dan daya jangkauan media massa
dalam masyarakat dapat mengcover secara luas sehingga cocok untuk penyebaran
informasi pembangunan.
Peran komunikasi dalam
pembangunan menurut Hedebro (dalam Nasution, 2004:102-103) :
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan
membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang
modernisasi.
2.
Komunikasi
dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari baca-tulis ke
pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan, hingga reparasi mobil
(Schram,1967).
3.
Media
massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.
4.
Media
massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah dialami
sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan
kepribadian yang mobile.
5.
Komunikasi
dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata.
6.
Komunikasi
dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan dari masa
transisi (Rao,1966).
7.
Komunikasi
dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan di tengah kehidupan masyarakat.
8.
Komunikasi
dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional,
dengan membawa pengetahuan kepada massa. Mereka yang beroleh informasi akan
menjadi orang yang berarti, dan para pemimpin tradisional akan tertantang oleh
kenyataan bahwa ada orang-orang lain yang juga mempunyai kelebihan dalam hal
memiliki informasi.
9.
Komunikasi
dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai sesuatu yang mengatasi
kesetiaan-kesetiaan lokal.
10. Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadari
pentingnya arti mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu
meningkatkan aktivitas politik (Rao, 1966)
11. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi
program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.
12. Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, sosial, dan
politik menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri (self-perpetuating).
Negara maju,
sejak munculnya revolusi industri di Inggris, mulai melancarkan rencana
ekspansi pasar dan dominasinya terhadap negara-negara berkembang. Negara maju
dengan lihai menggunakan dan mengagung-agungkan modernisasi sebagai langkah
yang tepat untuk menciptakan pembangunan yang maksimal di negara berkembang.
Modernisasi itu sendiri merujuk pada perubahan (transformasi) masyarakat ke arah
yang lebih baik dengan penggunaan teknologi serta organisasi sosial dalam
rangka memenuhi kebutuhan. Tidak pelak lagi, strategi yang diluncurkan ke
negara berkembang adalah dengan memberikan solusi kepada negara berkembang
dengan cara memberikan pinjaman luar negeri agar dapat mengembangkan teknologi
sebagai penunjang dan alat faktor produksi, serta memberikan investasi dan
penanaman modal kepada negara berkembang untuk dapat mengembangkan dan
mengelola sumber daya alam yang ada di negara-negara dunia ketiga tersebut.
Pengembangan dan penggunaan teknologi serta pengelolaan sumber daya alam
menjadi fokus dari modernisasi yang dilancarkan oleh negara maju.
Bagi negara
berkembang, penggunaan teknologi yang menjadi instrumen penting dalam sektor
produksi dan distribusi, merupakan hal yang tidak mudah. Diperlukan modal yang
besar mengingat negara berkembang bukanlah produsen dari teknologi tersebut.
Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya ketergantungan (dependecy)
negara berkembang terhadap negara maju. Negara maju memberikan pinjaman
dan bantuan berupa modal kepada negara berkembang sebagai upaya untuk
pengembangan teknologi itu sendiri. Ironisnya, modal yang diberikan tersebut
akan kembali ke tangan negara-negar maju, negaa berkembang membeli barang manufaktur
dan teknologi tersebut ke negara-negara maju. Jadilah, negara berkembang
memiliki tingkat konsumerisme yang tinggi terhadap barang-barang teknologi
tersebut dengan penggunaan pinjaman dari negara maju. Sungguh siklus yang
benar-benar ter-skenario dengan baik.
Pada masa
sekarang ini, modernisasi tidak lagi menjadi sebuah pilihan. Tetapi sebuah
kewajiban yang dipaksakan terhadap negara berkembang. Globalisasi yang turut
berperan penting dalam perluasan modernisasi ini, menjadi sebuah keharusan bagi
negara berkembang untuk dapat bersaing dengan negara-negara maju serta
negara-negara berkembang lainnya. Tidak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh
negara berkembang selain ikut andil dalam modernisasi. Modernisasi merupakan
jalan satu-satunya untuk dapat melanjutkan pembangunan. Tetapi diperlukan
adanya filter dan pengontrolan yang sistematis yang dapat digunakan oleh negara
berkembang terhadap proses modernisasi tersebut. Sehingga modernisasi tidak
menjadi ancaman bagi entitas sebuah negara berkembang.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam komunikasi sosial pembangunan, Komunikasi
tentunya harus berada di garis depan untuk mengubah sikap dan perilaku manusia
Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai
objek pembangunan.
Bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan dan
mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Pembangunan
sistem nilai yang cocok dengan tuntutan kemajuan harus tetap dilandasi
nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila sehingga proses modernisasi di Indonesia benar-benar
proses aktualisasi dari bangsa Indonesia sesuai dengan tuntutan zaman. Dan yang
terakhir, kita sebagai masyarakat global diharapkan harus senantiasa bijak
dalam menghadapi isu-isu global yang berkembang.
Jika kita telusuri, mungkin masih ada daerah atau
desa-desa terpencil yang sampai saat ini masih belum terjamah oleh pemerintah.
Namun, walau bagaimanapun pemerintah telah melakukan upaya serta
strategi-strategi pembangunan untuk melakukan pembangunan secara baik. Jika itu
masih belum dapat mewujudkan pembangunan yang merata, maka hanya dua hal yang
perlu untuk diperbaiki, yaitu masyarakat dan pemerintah. Masyarakat harus
dibimbing, diberikan pengarahan agar menjaga apa yang ada. Serta mencintai
pembangunan demi kemajuan bersama. Dan pemerintah juga harus dibukakan matanya
untuk melihat bagaimana penderitaan-penderitaan yang dirasakan oleh masyarakat.
Mungkin dengan saling menghargai dan menjaga maka akan terwujud suatu
pembangunan yang indah, merata, serta menyeluruh.
Daftar Refensi
Buku
Schoorl, J.W. 1980. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan
Negara-Negara Sedang Berkembang. PT. Gramedia, Jakarta.
Rostow, Walt W, The Stages of Economic Growth dalam Economic
History Review, New Series, Vol. 12, No. 1 (1959), pp. 1-16,
Cabridge: Blackwell Publishing
Sztomka, Piotr. 2008, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta:
Prenada
Internet
[1] Modul Sosiologi
Komunikasi, www.pksm.mercubuana.ac.id/new/...modul/94019-10-467818084395.doc, diaskes
tanggal 05 April 2015.
[3] Pengantar KOMSOS-HO, http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197106141998031-JONI_RAHMAT_PRAMUDIA/Pengantar_KOMSOS-HO.pdf, diakses tanggal 05 April 2015.
[4] Schoorl,
J.W. 1980. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang
Berkembang. PT. Gramedia, Jakarta. Hal 111.
[5] Ibid,
Schoorl, J.W. hal 127-128
[6] Ibid,
Schoorl, J.W. hal 121
[7]http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_pembangunan/bab_3_teori_pertumbuhan_dan_pembangunan_ekonomi.pdf . Diakses tanggal 05 April 2015
Diakses tanggal 05 April 2015
[9] Rostow, Walt W, The Stages of Economic Growth dalam Economic
History Review, New Series, Vol. 12, No. 1 (1959), pp. 1-16,
Cabridge: Blackwell Publishing.
[10] http://www.ekonomirakyat.org/edisi_5/artikel_1.htm
Diakses tanggal 06 April 2015
[11] Ibid, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_5/artikel_1.htm
Diakses tanggal 06 April 2015
[12] Sztomka, Piotr. 2008, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta:
Prenada
[13] Falsafah
Komunikasi Pembangunan, http://www.p4tkipa.org/lihat.php?id=ARTIKEL&hari=UMUM&%20tanggal=19&%20bulan=Januari%20&%20oleh=Irman%20Yusron, diakses pada 05 April
2015.
[15] Ibid.
[16] Modul Sosiologi
Komunikasi, www.pksm.mercubuana.ac.id/new/...modul/94019-10-467818084395.doc, diaskes
tanggal 05
April 2015.
Posting Komentar