-->

Rabu, 12 November 2014

Persepsi Tentang Melayu

Nama : Erik Pandapotan Simanullang
NIM : 1301113860
Jurusan : Ilmu Komunikasi
No. Absen :
Mata Kuliah : Studi Masyarakat Melayu B Kom
Hari/Tanggal : Jumat/31 Oktober 2014
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PERSEPSI TENTANG MELAYU

Istilah “Melayu” timbul buat pertama kali dalam tulisan Cina pada tahun 644 dan 645 Masehi. Tulisan ini menyebut mengenai orang “Mo-Lo-Yue” yang mengirimkan utusan ke Negeri China untuk mempersembahkan hasil-hasil bumi kepada Raja China. 


Letaknya kerajaan “Mo-Lo-Yue” ini tidak dapat dipastikan tetapi ada yang mencatatkan di Semenanjung Tanah Melayu dan di Jambi, Sumatera. (Berdasarkan Penjelasan Dosen di dalam Kelas).
Bangsa Melayu merupakan salah satu masyarakat yang terbesar di bumi Nusantara. Orang Melayu umumnya tinggal di tanah Melayu. Bangsa Melayu juga tersebar di pesisiran Sumatera Timur dan Riau. Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Bangsa Melayu memiliki identitas pada umumnya yaitu adat istiadat Melayu, bahasa Melayu, dan agama Islam.
Orang Melayu bukanlah dilihat dari tempat asalnya seseorang ataupun dari keturunan darahnya saja. Seseorang dapat juga disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu dan mempunyai adat-istiadat Melayu. Orang luar ataupun bangsa lain yang datang lama dan bermukim di daerah ini dipandang sebagai orang Melayu apabila ia beragama Islam, mempergunakan bahasa Melayu dan beradat istiadat Melayu.
Sepanjang perjalanan sejarahnya, banyak kerajaan yang telah berdiri di kawasan Melayu, seperti Sriwijaya di Sumatera Indonesia, Malaka di Malaysia, Kesultanan Riau-Johor di Semanjung Melayu, Kerajaan Siak, Kerajaan Riau-Lingga, dan lain-lain.
Jika diperhatikan adat budaya Melayu tidak lepas dari ajaran agama Islam seperti syair, perumpamaan, pepatah, maupun norma dan tata pergaulan orang Melayu. Islam mempengaruhi keseluruhan cara hidup bangsa melayu, mulai dari kebudayaan, undang-undang, sistem masyarakat, upacara, dan segala kebiasaan yang dilakukan seperti cara makan atau cara duduk.
Sekilas kebudayaan Melayu yang ada di Indonesia tidak berbeda dengan kebudayaan Melayu yang berkembang di negara tetangga kita Malaysia karena memang berasal dari satu rumpun. Kebudayaan Melayu juga terkenal dengan bahasanya yang khas. Bahkan bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini berasal dari bahasa Melayu. Dengan kata lain, bahasa Melayu menjadi akar dari bahasa Indonesia.
Sama seperti budaya-budaya lain yang ada di Indonesia, Melayu juga memiliki kesenian tersendiri baik itu berupa upacara maupun benda-benda peninggalan sejarah. Upacara-upacara yang ada pada masyarakat Melayu banyak dipengaruhi oleh agama Islam, baik itu acara kelahiran, tunangan, perkawinan, hingga upacara kematian.
Berbagai peninggalan masa lampau banyak ditemukan di Kepulauan Riau, peninggalan tersebut berupa bangunan masjid, benteng, dan makam raja-raja. Benda-benda peninggalan sejarah bangsa Melayu dulu juga masih dapat kita nikmati sampai saat ini, seperti: wayang kulit, alat tenun, tepak sirih, dan lain-lain. Beberapa bangunan juga sangat bercorak melayu seperti Mesjid Raya Pekanbaru dan Komplek Istana Kerajaan Siak.
Budaya Melayu juga memiliki lagu-lagu daerah sendiri yang sudah di dengar banyak orang seperti lagu Seroja, lagu Lancang Kuning, maupun lagu Selayang pandang. Selain upacara kesenian, bangsa Melayu juga memiliki permainan-permainan tradisional, seperti layang-layang, gasing, congkak, dan sabung ayam.
Berbicara mengenai kebudayaan Melayu, kita akan tertuju pada Provinsi Riau dan kepulauannya karena konon kabarnya disanalah pusat Kerajaan Melayu. Salah satu kerajaan yang pernah berjaya di kepulauan Riau adalah kerajaan Lingga dengan pusat pemerintahan di pulau Penyengat. Masyarakat Melayu sudah bertebaran di segala penjuru provinsi Riau, seperti di Kabupaten Bengkalis, Kampar, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Dumai, Kepulauan Meranti, Siak, Pelalawan, Indragiri, dan Kuantan.

Kecenderungan masyarakat Riau khususnya masyarakat kota Pekanbaru untuk mengembangkan budaya Melayu sangat besar. Hal itu dapat dilihat dari animo mereka terhadap acara-acara kebudayaan yang digelar dalam berbagai event di Pekanbaru. Ada hal positif yang masih dilihat di kalangan orang Melayu, yaitu sikap keterbukaan mereka terhadap budaya masyarakat lain.
Pemerintah bersama dengan Lembaga Adat Melayu setempat secara serius melestarikan dan mengembangkan warisan-warisan budaya Melayu. Seperti dengan mengadakan penyelenggaraan acara-acara kebudayaan, seperti festival-festival dan pameran, ada juga upaya menanamkan nilai-nilai kemelayuan kepada generasi muda. Contohnya dimasukkannya kemelayuan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal.
Saat ini, orang-orang Melayu menyadari bahwa mereka pernah berjaya di masa lalu. Berbagai peninggalan sejarah sebagai bukti kejayaan masa lalu tersebut masih bisa disaksikan hingga saat ini. Ketika berkaca ke masa lalu dan membandingkannya dengan keadaan masa kini, orang-orang Melayu kemudian menyadari bahwa mereka sebenarnya, dalam tataran tertentu, telah cukup jauh meninggalkan bahkan melupakan akar kebudayaannya.
Dari situ, kemudian muncul keinginan dan kesadaran baru untuk memperhatikan dan menghidupkan kembali kebudayaan Melayu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian dan keinginan tersebut tidak hanya dilatari oleh nostalgia dan romantisme masa lalu, tapi juga disebabkan oleh adanya kesadaran dan pengetahuan tentang keagungan dan keluhuran budaya Melayu tersebut. Untuk itulah, aspek-aspek mengenai kebudayaan Melayu, seperti pandangan hidup, tunjuk ajar, adat istiadat, bahasa dan sastra perlu diaktualisasikan kembali dalam kehidupan sehari-hari.

Posting Komentar