-->

Minggu, 28 September 2014

Retorika Modern

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Karunia Tuhan paling besar bagi manusia adalah kemampuan berbicara. Kemampuan mengungkapkan isi hati dengan bunyi dari mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan berbicara manusia mampu mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, pada akhirnya menciptakan bangunan budaya insani.




Sebelum tulisan digunakan, manusia sudah mampu berbicara. Dan bahkan setelah tulisan digunakan dan dikenal, berbicara lebih dominan menjadi alat komunikasi. Berbicara mampu memberi kesan lebih akrab, lebih pribadi/ personal, lebih manusiawi. Kemampuan bicara bukan saja diperlukan di depan sidang parlemen, dimuka hakim atau dihadapan massa. Kemampuan ini dihajatkan dalam hampirseluruh kegiatan manusia sehari-hari. Penelitian membuktikan bahwa sebanyak 75% waktu kita digunakan untuk berkomunikasi. Retorika sebagai ilmu bicara sebenarnya diperlukan setiap orang.
“Hanya orang yang pandai bicara adalah sungguh-sungguh manusia” kata Quintilianus seorang ahli retorika Romawi. Apa yang dikatakan Quintilianus ini tidaklah berlebihan, karena memang dengan berbicara kualitas seseorang dapat dinilai. Orang yang tutur katanya teratur, jelas dan mudah dimengerti menunjukkan jalan pikirannya yang jernih dan teratur. Sebaliknya orang yang suka berbicara berbelit-belit atau tidak dapat mengungkapkan hal yang dimaksudnya, menunjukkan jalan pikiran yang kacau pula. Banyak orang dikagumi karena kemampuan bicaranya. Mantan presiden pertama RI salah satunya. Ir. Soekarno terkenal sebagai orator yang ulung. Kemampuan merangkai kata membuat siapa saja akan terpesona dan tidak ingin melewatkan setiap kata yang diucapkannya. Kepiawaian beliau dikenal tidak di Indonesia saja, bahkan seluruh dunia mengakuinya. Sebagai penghargaan terhadap kemampuan pidatonya, setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari pidato Bung Karno. Kemampuan yang dimilikinya adalah ilmu retorika.
Indonesia sebagai negara berkembang masih memberlakukan kemampuan berbicara seseorang menjadi rujukan keahlian dan bakat kepemimpinan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pemimpin yang lahir di masyarakat kita melalui kelancaran seperti kefasihan berbicara, baik dalam bentuk formal seperti pidato, kampanye dan lain sebagainya. Apa itu retorika dan bagaimana perkembangannya? Tulisan ini akan mengupas tuntas hal tersebut.

1.2    RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.    Apa itu Retorika Modern ?
2.    Sejarah Retorika modern ?
3.    Hal apa yang mendasari lahirnya Retorika Modern?

1.3    TUJUAN MAKALAH
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
Memenuhi tugas mata kuliah Retorika dan Mengetahui serta memahami tentang paham Retorika modern.

1.4    MANFAAT MAKALAH
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan Retorika
2. Pengalaman yang berharga bagi penulis dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan tentang Retorika khususnya Retorika Modern.

1.5    MANFAAT PENULISAN
Mengingat betapa pentingnya kita memahami ilmu retorika sebagai bekal seseorang pembicara, maka dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai penambah khasanah keilmuaan yang menjadikan kita semua seorang pembicara yang menarik, memahamkan, tidak bertele-tele dalam berbicara khususnya pada karya-karya tulis kita.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RETORIKA MODERN
Retorika modern diartikan sebagai seni berbicara atau kemampuan untuk
berbicara dan berkhotbah (Hendrikus, 1991); sehingga efektivitas penyampaian pesan dalam retorika sangat dipengaruhi oleh teknik atau keterampilan berbicara komunikator.
Retorika modern harus  disampaikan secara efektif dan efisien dan lebih ditekankan kepada berbahasa secara tertulis, dengan tidak mengabaikan kemampuan secara lisan. Berbahasa secara efektif  diarahkan kepada hasil yang akan dicapai penulis  dan pembaca, bahwa amanat  yang ingin disampaikan dapat diterima dan utuh.
Sedangkan secara efisien dimaksudkan bahwa alat atau cara yang dipergunakan untuk menyampaikan suatu amanat dapat membawa hasil yang besar, sehingga penulis dan pembicara tidak perlu mengulang dan berlebihan dalam penyampaian. Sehingga retorika modern lebih mengedepankan bahasa tertulis tanpa mengesampingkan bahasa lisan.

3.2    SEJARAH RETORIKA MODERN
Pertemuan orang Eropa dengan Islam dalam Perang Salib menimbulkan Renaissance. Renaissance mengantarkan kita kepada retorika modern. Yang membangun jembatan, menghubungkan Renaissance dengan retorika modern adalah Roger Bacon (1214-1219). Ia bukan saja memperkenalkan metode eksperimental, tetapi juga pentingnya pengetahuan tentang proses psikologis dalam studi retorika.
Ia menyatakan, “.. kewajiban retorika ialah menggunakan rasio dan imajinasi untuk menggerakkan kemauan secara lebih baik”.. . Rasio, imajinasi, kemauan adalah fakultas-fakultas psikologis yang kelak menjadi kajian utama ahli retorika modern. Aliran pertama retorika dalam masa modern, yang menekankan proses psikologis, dikenal sebagai aliran epistemologis. Epistemologi membahas “teori pengetahuan”; asal-usul, sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan manusia. Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan perkembangan psikologi kognitif (yakni, yang membahas proses mental).
Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles lettres (Bahasa Prancis: tulisan yang indah). Retorika belletris sangat mengutamakan keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatifnya. Hugh Blair (1718-1800) menulis Lectures on Rhetoric and Belles Lettres. Di sini ia menjelaskan hubungan antara retorika, sastra, dan kritik. Ia memperkenalkan fakultas citarasa (taste), yaitu kemampuan untuk memperoleh kenikmatan dari pertemuan dengan apa pun yang indah. Karena memiliki fakultas citarasa, Anda senang mendengarkan musik yang indah, membaca tulisan yang indah, melihat pemandangan yang indah, atau mencamkan pidato yang indah. Citarasa, kata Blair, mencapai kesempurnaan ketika kenikmatan inderawi dipadukan dengan rasio,  ketika rasio dapat menjelaskan sumber-sumber kenikmatan.
Aliran pertama (epistemologi) dan kedua (belles lettres) terutama memusatkan perhatian mereka pada persiapan pidato pada penyusunan pesan dan penggunaan bahasa. Aliran ketiga disebut gerakan elokusionis justru menekankan teknik penyampaian pidato. Gilbert Austin, misalnya memberikan petunjuk praktis penyampaian pidato, Pembicara tidak boleh melihat melantur. Ia harus mengarahkan matanya langsung kepada pendengar, dan menjaga ketenangannya. Ia tidak boleh segera melepaskan seluruh suaranya, tetapi mulailah dengan nada yang paling rendah, dan mengeluarkan suaranya sedikit saja;  jika ia ingin mendiamkan gumaman orang dan mencengkeram perhatian mereka”. James Burgh, misal yang lain, menjelaskan 71 emosi dan cara mengungkapkannya.
Dalam perkembangan, gerakan elokusionis dikritik karena perhatian dan kesetiaan yang berlebihan pada teknik. Ketika mengikuti kaum elokusionis, pembicara tidak lagi berbicara dan bergerak secara spontan. Gerakannya menjadi artifisial. Walaupun begitu, kaum elokusionis telah berjaya dalam melakukan penelitian empiris sebelum merumuskan “resep-resep” penyampaian pidato. Retorika kini tidak lagi ilmu berdasarkan semata-mata otak-atik otak atau hasil perenungan rasional saja.
Retorika, seperti disiplin yang lain, dirumuskan dari hasil penelitian empiris.
Pada abad kedua puluh,  retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Istilah retorika pun mulai digeser oleh speech, speech communication, atau oral communication, atau public speaking.


2.3 PRINSIP – PRINSIP DASAR RETORIKA MODERN
Adapun prinsip-prinsip dasar retorika modern antara lain sebagai berikut :
1.      Penguasaan secara aktif sejumlah besar kosa kata bahasa yang dikuasainya. Semakin besar jumlah kosa kata yang dikuasai secara aktif, semakin mampu memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pikiran.
2.      Penguasaan secara aktif kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan penulis mempergunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi yang berbeda-beda. Kaidah-kaidah ini meliputi bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.
3.      Mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa, dan mampu menciptakan gaya yang hidup dan baru untuk lebih memudahkan penyampaian pikiran penulis.
4.      Memiliki kemampuan penalaran yang baik, sehingga pikiran penulis dapat disajikan dalam suatu urutan yang teratur dan logis.
5.      Mengenal ketentuan-ketentuan teknis penyusunan komposisi tertulis, sehingga mudah dibaca dan dipahami, disamping bentuknya dapat menarik pembaca. Ketentuan teknis disini dimaksudkan dengan: masalah pengetikan/ pencetakan, cara penyusunan bibliografi, cara mengutip, dan sebagainya.
6.      Dengan demikian pencorakan komposisi dalam retorika modern akan meliputi bentuk karangan yang disebut: eksposisi, argumentasi, deskripsi, dan narasi.
7.      Eksposisi adalah suatu bentuk retorika yang tujuannya adalah memperluas pengetahuan pembaca, agar pembaca tahu mengenai apa yang diuraikan.
8.      Argumentasi merupakan teknik untuk berusaha mengubah dan mempengaruhi sikap pembaca.
9.      Deskripsi menggambarkan obyek uraian sedemikian rupa sehingga barang atau hal tersebut seolah-olah berada di depan mata pembaca.
10.  Narasi merupakan teknik retorika untuk mengisahkan kejadian –kejadian yang ingin disampaikan penulis sedemikian rupa, sehingga pembaca merasakan seolah-olah ia sendiri yang mengalami peristiwa tersebut.


2.4 TOKOH – TOKOH RETORIKA MODERN
Di bawah ini diperkenalkan sebagian dari tokoh-tokoh retorika modern :
1.        James A Winans
     Ia adalah perintis penggunaan psikologi modern dalam pidatonya. Bukunya, Public Speaking, terbit tahun 1917 mempergunakan teori psikologi dari William James dan E.B Tichener. Sesuai   dengan            teori James bahwa tindakan ditentukan oleh perhatian, Winans, mendefinisikan persuasi sebagai “proses menumbuhkan perhatian yang memadai baik dan tidak terbagi terhadap proposisi-proposisi”. Ia menerangkan pentingnya membangkitkan emosi melalui motif-motif psikologis seperti kepentingan pribadi, kewajiban sosial dan kewajiban agama. Cara berpidato yang bersifat percakapan (conversation) dan teknik-teknik penyampaian pidato merupakan pembahasan yang amat berharga. Winans adalah pendiri Speech Communication Association of America (1950).

2.        Charles Henry Woolbert
Ia pun termasuk pendiri the Speech Communication Association of America. Kali ini psikologi yang amat mempengaruhinya adalah behaviorisme dari John B. Watson. Tidak heran kalau Woolbert memandang “Speech Communication” sebagai ilmu tingkah laku. Baginya, proses penyusunan pidato adalah kegiatan seluruh organisme. Pidato merupakan ungkapan kepribadian. Logika adalah dasar utama persuasi. Dalam penyusunan persiapan pidato, menurut Woolbert harus diperhatikan hal-hal berikut: (1) teliti tujuannya, (2) ketahui khalayak dan situasinya, (3) tentukan proposisi yang cocok dengan khalayak dan situasi tersebut, (4) pilih kalimat-kalimat yang dipertalikan secara logis. Bukunya yang terkenal adalah The Fundamental of Speech.

3.        William Noorwood Brigance
Berbeda dengan Woolbert yang menitikberatkan logika, Brigance menekankan faktor keinginan (desire) sebagai dasar persuasi. “Keyakinan”, ujar Brigance, “jarang merupakan hasil pemikiran. Kita cenderung mempercayai apa yang membangkitkan keinginan kita, ketakutan kita dan emosi kita”. Persuasi meliputi empat unsur: (1) rebut perhatian pendengar, (2) usahakan pendengar untuk mempercayai kemampuan dan karakter Anda, (3) dasarkanlah pemikiran pada keinginan, dan (4) kembangkan setiap gagasan sesuai dengan sikap pendengar.


4.        Alan H. Monroe
Bukunya, Principles and Types of Speech, banyak kita pergunakan dalam buku ini. Dimulai pada pertengahan tahun 20-an Monroe beserta stafnya meneliti proses motivasi (motivating process). Jasa Monroe yang terbesar adalah cara organisasi pesan. Menurut Monroe, pesan harus disusun berdasarkan proses berpikir manusia yang disebutnya motivated sequence.

Beberapa sarjana retorika modern lainnya yang patut kita sebut antara lain A.E. Philips (Effective Speaking, 1908), Brembeck dan Howell (Persuasion: A Means of Social Control, 1952), R.T. Oliver (Psychology of Persuasive Speech, 1942). Di Jerman, selain tokoh “notorious” Hitler, dengan bukunya Mein Kampf, maka Naumann (Die Kunst der Rede, 1941), Dessoir (Die Rede als Kunst, 1984) dan Damachke (Volkstumliche Redekunst, 1918) adalah pelopor retorika modern juga.

2.5    PERKEMBANGAN RETORIKA DI INDONESIA
Untuk membuat gambaran yang jelas dan sistematis tentang ilmu retorika di Indonesia masa lampau bukan pekerjaan yang mudah. Kesulitannya adalah masalah informasi yang akurat, dan buku-buku yang menjelaskan kehidupan masa lampau sangat sedikit. Referensi yang lengkap juga susah ditemukan. Yang dapat diamati dan dipahami adalah kegiatan bertutur pada upacara-upacara adat. Kebudayaan lisan yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang. Misalnya pada upacara-upacara adat. Ucapan saat meminang, pernikahan, kelahiran dan kematian merupakan warisan budaya itu. Masing-masing suku bangsa di Indonesia memiliki cara sendiri. Cara bernegosiasi antara dua suku menggambarkan kemampuan berbicara saat itu. Dari sinilah retorika klasik di Indonesia dimulai.
Sejarah perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia itu sendiri. Sejak abad ke-16 masa penjajahan Belanda terdapat tokoh-tokoh retorika Indonesia yang menjadi delegasi-delegasi pada konferensi. Sebagai wakil Indonesia tentu saja delegasi itu memiliki kemampuan berunding. Disitulah ilmu retorika terpakai.
Perkembangan retorika saat ini bukan hanya sedekar alat atau sarana komunikasi agar sampai pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf terkenal dimasa Yunani kuno ini telah menjadi tuntutan profesi syarat utama kepemimpinan dan bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti jubir (juru bicara), moderator, pembawa acara, dan sebagainya. Bila ditelaah dengan budaya kebangsaan kita, kebesaran negara ini juga diisi oleh orang yang memahami ilmu Retorika ini seperti tokoh-tokoh kemerdekaan, tokoh-tokoh kependidikan, dan tokoh-tokoh pengisi kemerdekaan. 
Tercatat beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya. Tokoh itu antara lain H. Agus Salim yang berasal dari Sumatera Barat. H.Agus Salim adalah manusia yang serba bisa, penerjemah, ahli syiar, sastrawan, diplomat, filsuf dan ulama. Agus Salim dikenal di kalangan cendikiawan luar negeri sebagai jenius di bidang bahasa yang mampu menulis dan berbicara dalam banyak bahasa asing. Meskipun beliau mahir berbahasa asing, Agus Salim justru menunjukkan kecintaannya terhadap bahasa Indonesia di sidang Dewan rakyat (volksraad) sehingga menggegerkan Belanda.
Ahli pidato Indonesia yang sangat terkenal adalah seperti yang diungkapkan dalam awal tulisan ini yaitu Ir. Soekarno. Ir. Soekarno di kenal di seluruh dunia. Memang suatu anugrah Tuhan kepada beliau. Kemampuan pidato yang luar biasa dimilikinya. Suasan hening tercipta karena orang tidak ingin melewatkan setiap yang diucapkannya. Ketika berpidato Bung Karno tidak pernah membaca naskah. Pidato beliau bisa membuat pendengarnya terpengaruh dan terbiasa mengikuti apa yang beliau sampaikan. Salah satu pidato beliau yang terkenal yang berjudul “nawaksara”.
Ahli retorika Indonesia yang lainnya adalah Buya Hamka (1908-1981). Seorang ulama, aktivis politik dan seorang penulis terkenal. Kemampuan menulis yang didapatnya secara otodidak telah mengharumkan namnya sampai ke dunia internasional. Otodidaknya tidak saja di bidang tulis menulis, tetapi juga di berbagai ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, sosial dan politik. Kelebihan lain yang dimiliki adalah mahir berbahasa Arab. Selain itu beliau juga mahir berpidato. Untuk mengasah kemampuan pidato beliau bertukar pikiran dengan HOS Cokroaminoto, Raden Mas Suryoparonoto.
Seorang orator yang terkenal dengan ketajaman kata-katanya adalah Bung Tomo (1920-1981). Pahlawan asal Surabaya ini membangkitkan semangat rakyat Surabaya yang diserang habis-habisan oleh tentara NICA. Sutomo dikenal karena seruan-seruan pembukanya dalam siaran radio yang berapi-api. Tahun 1970 ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan orde baru. Ia berbicara keras terhadap pemerintahan Soeharto. Akhirnya ia ditahan karena kritiknya yang pedas itu.
Cikal bakal ilmu komunkasi di Indonesia saat ini adalah ilmu retorika. Retorika telah diajarkan di perguran tinggi. Bahkan saat ini telah ada jurusan ilmu komunikasi. Selain perkembangannya sebagai ilmu komunikasi, retorika juga diajarkan di pesantren-pesantren. Telah banyak pesantren di Indonesia yang mencetak pendakwah terkenal yang mempunyai banyak massa. Di pesantren itu dipelajari latihan berpidato atau memberi khotbah. Ustad yang terkenal dengan dakwahnya yang menyentuh antara lain Abdullah Gymnastiar, KH. Zainuddin MZ, Yusuf Masyur, dan lain-lain.
Demikian perjalanan panjang retorika dari masa ke masa. Pengkajian sejarah perkembangan suatu ilmu menjadikan ilmu itu sangat berharga. Retorika sebagai ilmu telah memberi sumbangan yang begitu besar sampai saat ini. Jika semua dasar-dasar ilmu retorika baik seni berbicara maupun seni menulis bisa di kuasai akan memberi corak baru dengan harapan akan melahirkan tokoh-tokoh retorika mutakhir.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilah pidato. Dalam pengertian lain juga dapat didefinisikan retorika adalah seni berkomunikasi dengan orang lain secara tatap muka atau tidak sesuai dengan pengertian retorika modern yaitu komunikasi dengan menggunakan media tulis.
Tujuan daripada retorika adalah untuk meyakinkan, mempengaruhi pendengar atau pembaca terhadap apa yang kita bicarakan atau kita tulis dengan memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah logos, pthos, etos.
Manfaat daripada retorika sangatlah banyak namun kesemuanya pada hakikatnya hanya satu yaitu menciptakan seorang pembicara atau penulis yang menarik, profesional, memahamkan, serta mampu memahami keadaan daripada pembaca atau lawan bicara kita sehingga tercipta suatu komunikasi yang baik dan tercapainya maksud yang kita inginkan.

3.2 SARAN
Retorika merupakan hal penting yang harus kita pelajari sebab dengan menguasai retorika yang bagus kita akan dengan mudah meyakinkan, mempengaruhi dan menyampaikan maksud kita kepada orang lain, mempertahankan gagasan, ide-ide dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang logis. Seseorang yang memiliki kemampuan beretorika dengan bagus ketika ia menjadi seorang pembicara maka ia akan menarik, tidak membosankan karena ia mampu memahami keadaan para pendengar serta berbicara dengan tidak bertele-tele, setiap ide dan gagasanya tersusun dengan rapi sesuai dengan herarkinya






DAFTAR PUSTAKA

Judul Buku: Retorika Modern: Pendekatan Praktis
Nama Penulis: Jalaluddin Rakhmat
Penerbit: PT Remaja Rosdakarya
Tahun Terbit: 1992

Tinambunan, jamilin. 2007. Ketrampilan Menulis. Pekanbaru: UIR.

Keraf, gorys. 1979. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Jakarta: nusa indah.

Guntur tarigan, henry. 2005. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung:    angkasa.

Rakhmat, Jalaludin. 2011. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Maidar, G Arsjad. Dan  U. S Mukti. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

3 Comments:

  1. mantafff gaaann... thanks for the music, add to the atmosphere so quiet

    BalasHapus
  2. Enak yaa nyari informasi sambil ada musiknya. nice song:)

    BalasHapus
  3. Seperti telah diungkapkan di depan bahwa salah satu unsur pokok retorika adalah bahasa. Bahasa boleh dikatakan sebagai media utama dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Tuntunan retorika terhadap bahasa sebagai unsur pembentuk wacana blog retorika judi adalah pilihan kata, istilah, ungkapan, kalimat yang tepat untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan ide. Dalam hubungan dengan komunikasi lisan dan tulisan, pilihan dan penggunaan pilihan kata, istilah, ungkapan, dan kalimat dapat pula ditentukan oleh jalur komunikasi itu, yaitu lisan dan tulisan

    BalasHapus