-->

Kamis, 12 Juni 2014

Komunikasi Persuasif

UJIAN AKHIR SEMESTER
KOMUNIKASI PERSUASIF

DIAJUKAN UNTUK MENYELESAIKAN UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA  KULIAH KOMUNIKASI PERSUASIF SEMESTER 2

Oleh :

Erik Pandapotan Simanullang
13 0111 3860


DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK 
UNIVERSITAS RIAU

2014





FAKTA YANG HARUS DIPAHAMI DAN DIPERHATIKAN DALAM MEMPERSUASI KHALAYAK YANG BERAGAM
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebelum mendalami psikologi massa, tentunya terlebih dahulu kita harus memahami konsep massa itu sendiri. Secara sederhana dapat kusimpulkan bahwa massa ditandai dengan kumpulan orang pada suatu masa (waktu) secara bersamaan di suatu tempat yang memiliki ciri khusus yaitu adanya kepentingan atau tujuan yang sama dan tidak terstruktur. Tanpa adanya tujuan bersama maka kumpulan orang tersebut tidak dapat disebut massa. Dengan memahami konsep psikologi massa kita dapat lebih mampu untuk mengarahkan pesan, terutama pada bidang ilmu komunikasi yang erat kaitannya dengan media dan massa. Melalui pemahaman terhadap karakteristik dari masing-masing bentuk perilaku kolektif yang ada, ke depannya kita bisa menemukan cara efektif dalam menyampaikan pesan agar mampu mengarakan dan mempersuasi khalayak sasaran kita.
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.  Komunikasi persuasif dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi. Agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan yang dilakukan berdasarkan komponen-komponen komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Komunikator atau sumber adalah orang-orang yang akan mengkomunikasikan suatu pesan kepada orang lain. Agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif, maka komunikator harus mempunyai kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama tentang apa yang disampaikannya. Misalnya, ketika seorang komunikator menjelaskan kepada komunikannya, dia harus menguasai apa yang akan disampaikannya. Apalagi pada saat audience atau komunikan adalah masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi. Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima, yang bertujuan agar komunikan melakukan hal-hal yang disampaikan dalam pesan tersebut. Sama halnya dengan sumber atau komunikator, pesan juga sangat berpengaruh terhadap persuasif, pesan-pesan yang disampaikan oleh fasilitator harus sederhana dan mudah dimengerti. Artinya, fasilitator harus menyesuaikan isi pesan yang disampaikan dengan khalayak sasarannya/masyarakat.
Supaya komunikasi bisa persuasif, maka media atau saluran yang digunakan harus tepat. Saluran atau media harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai. Dalam berkomunikasi, khalayak sasaran/komunikan juga perlu menjadi perhatian. Bagaimana karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain, sangat dibutuhkan dalam memformulasikan pesan yang akan disampaikan. Ketika kita berkomunikasi dengan masyarakat kelas bawah, maka bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, jangan sampai kita menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh masyarakat, seperti transparansi, akuntabilitas, fleksibel, dan sebagainya. Sederhanakanlah bahasa sesuai dengan pemahaman masyarakat.



ANALISIS IKLAN
Iklan Motor Yamaha Jupiter-Z
(Versi Komeng dan Jorge Lorenzo)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

·      Deskripsi Iklan dan Produk (Iklan Yamaha Jupiter-z Versi Komeng dan Jorge Lorenzo)
Seperti kita ketahui, Yamaha merupakan suatu produsen motor terbesar yang ada di Indonesia. Banyak produk-produk bermotor berkualitas yang ditawarkan oleh Yamaha. Produk-produk yang ditawarkan oleh Yamaha antara lain ialah motor Yamaha F1Z-R, RX-King, Vega, Vega-ZR, Mio, Mio Soul, Scorpio, V-ixion, Jupiter, Jupiter-Z, Jupiter MX, dan masih banyak lagi.Yang akan penulis bahas adalah mengenai iklan dari ”Jupiter-Z versi Jorge Lorenzo”.
Jupiter-Z adalah sebuah motor yang memiliki kapasitas sebesar 115cc, memiliki mesin baru dan mengusung teknologi terkini. Tampilan yang diberikan pun berbeda dari versi Jupiter sebelumnya. Penampilan body nya juga lebih sporty dan berkesan lebih mewah. Aroma keduanya itu menonjol dengan adanya Dual Head Lamp, New Design Speedometer, Tail Light and Falsher Light, Super Key Stater dan pertama kalinya type Yamaha Jupiter mengaplikasi Extra Large Baggage.
Di iklan ini Yamaha memberikan sentuhan yang menarik, karena menggunakan Jorge Lorenzo sebagai endorser dalam iklan Yamaha Jupiter-Z serta pelawak Komeng yang memang sudah menjadi ikon dari Yamaha itu sendiri. Yamaha selalu menciptakan image menarik dari berbagai produk yang dikeluarkannya, sehingga melekat dibenak para konsumen. Dalam iklan Yamaha Jupiter-Z, iklan ini lebih menonjolkan image bukan produk itu sendiri. Iklan ini memberikan sentuhan yang berbeda dengan iklan-iklan produk motor yang lain. Pengiklan coba menunjukan bahwa pembalap dunia Moto-GP pun menggunakan produk Yamaha Jupiter-Z dan mengakui ketangguhan serta kemampuan dari produk tersebut, serta iklan ini juga diberikan sedikit rasa humor, agar konsumen lebih tertarik untuk melihat atau mencermati iklan ini dan kemudian menjadi terpengaruh sehingga membeli produk yang ditawarkan pada iklan ini.
Dalam iklannya sendiri, digambarkan Komeng tertidur dibawah pohon yang rindang, dan ia bermimpi. Dalam mimpinya komeng menjadi pembalap motor yang menggunakan motor Jupiter-Z. Komeng akhirnya menjadi pemenang dalam balapan tersebut, kemudian diberikan piala oleh seseorang, tetapi pada akhirnya Komeng terbangun dan semua itu hanya mimpi belaka. Lorenzo datang tepat dihadapan komeng dengan menunggangi Yamaha Jupiter-Z dan memegang piala.
Iklan tersebut memberikan kesan bahwa dengan menggunakan motor keluaran dari pabrikan Yamaha terutama Jupiter-Z, maka bisa menjadi juara dalam hal balapan motor. Iklan tersebut juga didukung dengan jargon dari Yamaha yang berbunyi “Yamaha, Semakin Terdepan”, serta jargon yang terbaru adalah “Yang Lain Semakin Jauh Ketinggalan”, sehingga memberikan kesan bahwa Yamaha selalu melakukan inovasi-inovasi umtuk menjadi yang lebih baik atau menjadi yang terdepan.

·      Analisis Iklan ”Iklan Yamaha Jupiter-Z Versi Komeng dan Jorge Lorenzo” dengan Teori Konsumerisme
Yamaha merupakan suatu perusahaan yang menproduksi kendaraan bermotor. Yamaha sudah dikenal sejak lama oleh para konsumen yang ada di Indonesia. Yamaha memberikan produk-produk yang mampu bersaing dengan produk-produk sekelasnya. Awal kemunculan iklan Yamaha Jupiter-Z versi Komeng dan Lorenzo mendapatkan antusias dari para konsumen, kerena Yamaha bisa mendatangkan pembalap kelas dunia dan mengikut sertakannya dalam pembuatan iklan motor Yamaha.
Komeng dan Lorenzo kemudian menjadi ikon dalam produk yang diproduksi oleh Yamaha. Dalam iklan ini, Yamaha lebih menonjolkan image ketimbang produknya. Hal ini dilakukan agar image dari motor Yamaha dapat melekat di para konsumen, sehingga produk tersebut dapat menjadi pilihan utama di masyarakat. Penjualan pun semakin naik tatkala pesan yang disampaikan melalui iklan di televisi dapat diterima dengan baik. Akibatnya konsumen mempunyai hasrat ingin mendapatkan produk tersebut dengan cara apapun. Hal tersebut menciptakan konsumerisme pada diri seseorang.
Konsumerisme bukan sesuatu hal yang baru. Sebab pada dasarnya –isme yang satu ini ternyata sudah lama ada dan sejak awal telah mengakar kuat dalam kemanusiaan kita. Hal ini bisa kita lihat dari ekspresinya yang paling primitif hingga paling mutakhir di zaman modern ini. Konsumerisme yang terjadi didalam masyarakat karena adanya pengaruh iklan di televisi atau media cetak. Konsumerisme dapat didorong dengan beberapa hal, antara lain motivasi, sikap, gaya hidup, pengaruh suatu kelompok dan lain sebagainya. Pada dasarnya iklan berfungsi untuk memperkenalkan suatu produk kemasyarat agar produk yang ditawarkan laku di pasaran.


KREDIBILITAS SUMBER DAN RETORIKA PERSUASIF
(CAPRES RI : JOKOWI – PRABOWO)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
·      Kredibilitas Sumber
Konsep kredibilitas menurut Kiousis (dalam Jurnal Mass Communication and Society, Nov.4, 2001) secara umum terbagi dua, yaitu; kredibilitas sumber dan kredibilitas medium. Kredibilitas sumber (source credibility) meliputi konteks-konteks antarpribadi, organisasi, dan media massa, telah terlibat dalam pengkajian mengenai bagaimana ciri-ciri komunikator yang berbeda-beda dapat mempengaruhi pemrosesan pesan (O’ Keefe, 1990). Komunikator didefinisikan sebagai seorang individu, kelompok atau organisasi. Dalam penelitian tersebut, dampak atribut isi dan pesan pada kredibilitas sumber juga telah dikaji (Charprasert, 1993).
Penelitian awal pada kredibilitas, mencari tahu bagaimana modifikasi pada karakteristik-karakteristik sumber mempengaruhi keinginan orang mengubah sikapnya terhadap isu-isu tertentu (Hovland, Janis, & Kelley, 1953). Hovland dkk menemukan bahwa keahlian dan kredibilitas sumber dianggap sebagai dua atribut penting dari kredibilitas sumber. Meskipun demikian mereka juga mengakui bahwa  dampak pesan dapat juga tergantung  publikasi atau saluran tertentu. 
Kredibilitas sumber memiliki tiga dimensi; keselamatan, kualifikasi dan kedinamisan.  Sementara itu, Whitehead (1968) menambahkan faktor kompetensi dan obyektivitas sebagai komponen penting kredibilitas. Melihat kenyataan ini dapat dikatakan bahwa para ilmuwan belum memiliki kata sepakat mengenai kredibilitas sumber (Kiousis, 2001; 383).  Dari semua ide dari para ilmuwan tersebut maka akan kita dapatkan bahwa kredibilitas sumber berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu: 1) keahlian dan kredibilitas, 2) keselamatan, kualifikasi dan kedinamisan, dan 3) kompetensi dan obyektivitas.

·      Retorika
Retorika adalah suatu seni berbicara, baik yang dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis. Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti berbicara secara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. 
Ber-retorika juga harus dapat dipertanggungjawabkan disertai pemilihan kata dan nada bicara yang sesuai dengan tujuan, ruang, waktu, situasi, dan siapa lawan bicara yang dihadapi. Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau memberi informasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia.
Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran , kesenian dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata – kata yang tepat, benar dan mengesankan. Ini berarti orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif. jelas supaya mudah dimengerti; singkat untuk mengefektifkan waktu dan sebagai tanda kepintaran. Dalam konteks ini sebuah pepatah cina mengatakan, ”orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik.” Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara. Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seni berbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para rektor atau tokoh-tokoh yang terkenal dengan mempelajari dan mempergunakan hukum – hukum retorika dan dengan melakukan latihan yang teratur. Dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahan dan pengungkapan yang tepat melalui bahasa.

·      JOKOWI OR PRABOWO ?
Gaya komunikasi dan pidato kedua calon presiden baik Prabowo Subianto dan Joko Widodo sontak menjadi perbincangan di masyarakat. Gaya komunikasi dan pidato Prabowo terkesan menjiplak Soekarno sedangkan Jokowi terlihat orisinal yakni merakyat dan sederhana. Prabowo terkesan kerap meledak-ledak atau eksplosif dan sangat emosional sedangkan Jokowi menggunakan bahasa sehari-hari, sederhana, dan biasa digunakan banyak orang. Jokowi menjadi diri sendiri.  Jokowi membahas masalah pedagang di pasar dengan bahasa sederhana. Prabowo kerap membahas tentang nasionalisme, kapitalisme, dan neoliberalisme. Ia menganggap masyarakat sudah paham tentang nasionalisme dan istilah-istilah itu. Orientasi Jokowi bukan panggung politik karena ingin menyatu dengan rakyat. Inilah yang membuat masyarakat Indonesia lebih menyukai cara dan gaya komunikasi Jokowi. Dia tidak menjual retorika, mengejar panggung seperti Prabowo, tetapi kedekatan dengan masyarakat.
Pasangan Jokowi-JK lebih unggul dalam aspek penguasaan materi dan substansi masalah dibanding Prabowo. Dari penguasaan dan konsep seharusnya Jokowi bisa lebih unggul. Saya kira dia lebih menguasai karena dia berurusan dengan pemerintahan terus, Prabowo kan nggak. Terakhir dia ada di militer. Keunggulan Jokowi-JK bisa tidak terlihat dengan jelas karena keduanya kurang terampil dalam hal public speaking.
Jokowi nggak bagus cara ngomongnya, tapi kerjanya bagus. Dia sangat menguasai masalah dan jawabannya hebat. Tapi intonasinya kurang bersih. Kalau soal kemampuan pidato, retorika, teatrikal, bahasa Inggrisnya, intonasinya, Prabowo lebih unggul. Jokowi itu kan biasanya blusukan, ketemu masyarakat, tidak biasa pencitraan. Makanya penampilannya perlu dipoles. Dia kan memang gayanya informal, tidak seperti Prabowo. Seorang presiden wajib memiliki kemampuan pidato di atas rata-rata. Sebab, kemampuan itu akan bermanfaat saat menghadapi dunia internasional dan memberi pengarahan saat negara yang dipimpin ada dalam posisi genting.
Kesimpulannya, semua akan kembali pada penilaian masyarakat selaku pemilih, apakah ingin mempunyai pemimpin yang pandai retorika dalam berpidato, atau pemimpin yang modal kuatnya bekerja dan melayani. Yang dibutuhkan negara ini adalah pemimpin yang jago berbuat, bukan yang jago berkoar. Gus Dur gak jago pidato, tapi dia itu dekat sama rakyat, nah itu baru pemimpin rakyat.

TEKNIK KOMUNIKASI PERSUASIF
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang persuader perlu menguasai teknik komunikasi persuasif, karena teknik mempermudah kita dalam mempersuasi. Suatu teknik komunikasi persuasif dikatakan berhasil apabila teknik komunikasi itu mampu mengubah sikap dan tindakan sesorang atau berhasil memperoleh persetujuan dari komunikan terhadap apa yang dimaksudkan oleh komunikator.
Teknik komunikasi persuasif merupakan suatu teknik komunikasi yang dilakukan agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain sebagainya. Teknik ini berlangsung dengan personal contact yang memungkinkan komunikator mengetahui, memahami, dan menguasai frame of reference komunikan, kondisi fisik dan mental komunikan sepenuhnya, suasana lingkungan pada saat terjadinya komunikasi, dan tanggapan komunikan secara langsung.
Apabila komunikan yang akan dijadikan sasaran sudah jelas, media yang diperkirakan memadai juga telah ditetapkan, maka kini gilirannya untuk menata pesan. Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif, teknik yang dipilih adalah sebagai berikut:

1.  Teknik Asosiasi
Teknik ini merupakan teknik yang menyajikan pesan dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini secara umum sering dilakukan oleh kalangan pebisnis atau para politikus. Popularitas figur-figur tertentu dimanfaatkan dalam kerangka pencapaian tujuan-tujuan tertentu.

2.  Teknik Integrasi
Teknik ini adalah menyatukan diri  komunikator dengan diri komunikan. Penggunaan kata kata verbal yang menyatakan satu dengan komunikan. Contoh pada penggunaan kata kita bukan kata saya atau kami. Kata kita berarti saya dan anda. Hal ini mengandung makna bahwa yang diperjuangkan komunikator bukan kepentingan diri sendiri melainkan juga kepentingan komunikan.

3.  Teknik Ganjaran
Teknik ganjaran (pay- of technique) adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan harapan tertentu. Teknik ini sering dipertentangkan dengan teknik pembangkitan rasa takut (fear arousing technique) yakni cara-cara yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan konsekuensi yang buruk. Jadi, kalau pay-of technique menjanjikan ganjaran (rewarding), fear arousing technique menunjukan hukuman (punishment).

4.  Teknik Red – Herring
Istilah red herring sukar diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebab red herring adalah nama ikan yang tersebar di Samudera Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal dengan kebiasaanya dalam membuat gerak tipu daya ketika diburu oleh binatang lain atau manusia. Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif adalah seni komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakan argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yanng dikuasinya guna dijadikan senjata ampuh untuk menyerang lawan. Jadi teknik ini digunakan komunikator ketika berada dalam posisi yang terdesak. Untuk itu, syarat yang tidak boleh dilupakan adalah pada penguasaan materi yang didiskusikan atau diperdebatkan.

5.  Teknik Tataan
Yang dimaksudkan dengan tataan disini adalah upaya menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar, atau enak dilihat atau enak dibaca dan orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang disarankan oleh pesan tersebut. Teknik tataan (icing technique) dalam kegiatan komunikasi persuasif adalah seni menata pesan dengan imbauan-imbauan sedemikian rupa sehingga menarik.

Proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana eduakatif untuk pencapaian tujuan belajar (Rustaman, 2001 dalam Sintya, 2008:1).
Guru sebagai pemberi informasi akan menyampaikan gagasan atau konsep kepada siswanya. Setelah siswa mendapatkan gagasan dari guru, siswa akan mengubahnya menjadi kode – kode di dalam pikirannya sehingga pengetahuan yang ada menjadi milik siswa. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sama dengan gagasan yang dimiliki oleh guru saat menyampaikan materi. Pengetahuan yang ada pada tiap siswa dapat ditularkan kepada siswa yang lain. Jadi, dalam hal ini guru harus memberikan stimulus pada siswa secara tepat agar komunikasi guru dapat menggerakkan siswa untuk mengkomunikasinkannya kembali dengan yang lain.
Pola komunikasi guru yang efektif dalam pembelajaran adalah pola pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu menjadi pihak yang dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar tergerak lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna pembelajaran.
Siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa kebersamaan di kelas tersebut (sense of kolektive). Rasa kebersamaan ini dapat dibina dari komunikasi yang dilakukan guru ataupun siswa yang lain agar dirinya merasa di terima (Sense of membershif). Perasaan diterima inilah sebagai salah satu komponen yang dapat menumbuhkembangkan siswa. Ketika seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain dengan segala bentuk keadaan dirinya, maka mereka akan cenderung untuk meningkatkan penerimaan dirinya.
Salah satu komunikasi yang membuat siswa tergerak untuk lebih aktif adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya langsung dijawab oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (dalam Dahar, 1996) bahwa perumusan pertanyaan merupakan salah satu bagian yang penting dan paling kreatif dalam pendidikan. Guru harus memberikan apresiasi terhadap segala bentuk komentar ataupun jawaban siswa dan tidak diperkenankan memberikan umpan balik yang negatif.
Ketika guru mendapatkan jawaban ataupun komentar siswa, maka guru harus memberikan apresiasi dengan mengatakan bahwa jawaban atau komentar yang mereka kemukakan adalah benar atau jawaban mereka bagus namun belum tepat. Jika tidak dilakukan balikan dan guru cenderung tidak peduli dengan jawaban siswa, maka siswa merasa bahwa jawaban yang mereka kemukakan adalah jawaban yang tidak bermutu. Sedangkan, guru sendiri akan kehilangan hubungannya dengan siswa. 


KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM KEGIATAN PENYULUHAN SOSIAL
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penyuluhan Sosial berasal dari kata suluh, berarti  sesuatu yang dinyalakan, seperti lilin, obor yang sifatnya menerangi. Pada hakekatnya menerangi adalah sebuah usaha untuk mengubah sesuatu yang gelap menjadi terang. Usaha mengubah gelap menjadi terang, ketika dianalogikan dengan penyuluhan sosial adalah usaha merubah perilaku individu atau kelompok masyarakat dari ‘kegelapan’ pengetahuan, menjadi pemahaman bagaimana melakukan partisipasi aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Usaha mengubah perilaku individu atau masyarakat luas dalam penyuluhan sosial dilakukan dengan pola-pola komunikasi tertentu yang sifatnya mempengaruhi, pola komunikasi demikian dikaterogikan dalam komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif pada hakekatnya mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain melalui kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Menurut ahli komunikasi K.Anderson, komunikasi persuasif didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. Burgon & Huffner (2002) meringkas beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi komunikasi persuasi sebagai berikut :
1.        Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator.
2.        Proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator.
Pada definisi ini ‘ajakan’ atau ‘bujukan’ adalah tanpa unsur ancaman/paksaan.
Dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh komunikator/penyuluh kepada komunikan/ sasaran penyuluhan, penyuluh harus menetapkan tujuan komunikasi terlebih dahulu. Apakah tujuan komunikasi itu untuk merubah pendapat, sikap, perilaku atau ketiga-tiganya, maka perlu diperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup pada kegiatan yang ada di dalam otak (mental) yang berpengaruh pada perubahan pendapat atau pola pikir atau pengetahuan. Aspek afektif adalah aspek yang mencakup sikap, nilai, emosi perasaan dan minat. Aspek psikomotorik adalah aspek yang mencakup perubahan perilaku atau kemampuan bertindak setelah menerima sebuah perlakukan tertentu. Penyuluhan Sosial memiliki tujuan akhir pada aspek psikomotorik tersebut.
Sifat-sifat yang harus dipunyai oleh penyuluh antara lain:
a.    mempunyai kecakapan menghadapi masyarakat sasaran penyuluhan
b.    mempunyai kecakapan menghadapi masyarakat umum
c.    mempunyai pengertian yang mendalam tentang masyarakat sasaran penyuluhan
d.   mempunyai sifat dan bakat yang cocok untuk bergaul.
Seorang penyuluh juga harus memperhatikan kondisi/ karakteristik sasaran penyuluhan dari sisi demografis, pola komunikasi, budaya, kebiasaan/ gaya hidup dan sebagainya. Kemudian menetapkan strategi yang akan dilakukan. Ketika mengungkapkan pesan-pesan kepada sasaran penyuluhan, pada tahap inilah komunikasi persuasif dilakukan. Pada tataran kognitif, pesan yang diberikan kepada sasaran agar ia menyetujui ide-ide yang termuat dalam pesan. Proses kognitif berjalan saat proses persuasif terjadi, sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju. Pada aspek afektif atau emosi ketika pesan persuasi disampaikan, pesan tersebut akan menyentuh dan mempengaruhi aspek emosi individu yang dijadikan sasaran persuasi.
Sasaran penyuluhan memiliki 3 sikap yang dia pilih setelah mendapatkan penyuluhan, ada yang bersikap netral, menerima dan bahkan ada yang bersikap menolak. Jika sasaran dapat menerima dan berubah perilakunya, maka penyuluhan dikatakan berhasil, jika netral maka harus dimantapkan kembali oleh penyuluh sosial, apalagi jika bersikap menolak maka penyuluhan belum dikatakan berhasil, sehingga harus dilakukan penyuluhan lagi sehingga sampai pada tahap menerima. Tahapan penerimaan ini dapat dilihat indikator keefektifannya dari sudut pandang audiens/ sasaran penyuluhan  yaitu ketika sasaran penyuluhan memiliki pemikiran yang sama dengan penyuluh, berempati dengan penyuluh, mengubah sikap, sasaran penyuluhan melakukan internalisasi dan mempertahankan nilai-nilai yang dipersuasikan oleh penyuluh/komunikator.  Oleh karena itu penyuluhan tidak dapat dilakukan hanya satu kali ketika yang diharapkan adalah perubahan perilaku yang signifikan pada khalayak sasarannya.

Pendekatan Komunikasi Persuasi yang efektif menurut Burgon dan Huffner (2002)  :
1. Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga  bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2.  Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikator dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian konflik disuatu daerah, maka penyuluhan di suatu tempat tertentu memberi bukti berupa foto-foto akibat konflik, seperti foto rumah yang hancur, foto korban bersimbah darah dsb.
3.    Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh, penyuluhan menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat.
4.  Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh komunikate dg tujuan membuat efek emosi positif atau negative. Misalnya, iklan Bank Indonesia yang berisi jargon “dilihat, diraba ditrawang”.
Penyuluhan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.    Penyuluhan adalah proses pengembangan individu maupun kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkatkan harkat dan martabatnya.
2.    Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan budaya masyarakat setempat.
3.    Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan pendidikan yang berkelanjutan.
4.    Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati dan saling mempercayai.
5.  Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk berfikir kreatif, dinamis, dan inovatif.
6. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan-kenyataan dan selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.
Strategi pemberdayaan masyarakat serta membangun kemitraan: Analisis yang jelas tentang situasi masyarakat, Pemilihan kelompok yang seksama, Unit-unit organisasi lokal yang ada sesuaikan untuk ikut dalam proses dari pada menciptakan struktur-struktur baru dan paralel.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson Kenneth : Introduction to Communication Theory And Practice, Publisher. Co.1972. Michigan : The University of Michigan
Burgon & Huffner, Human Communication. 2002. London: Sage Publication
Devito, Joseph A., Communicology: An Introduction to the study of Communication, Harper&Row Publishers, New York-London, 1978
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi:  Teori dan praktek, Remaja Karya, Bandung, 1984
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi– Fakultas Psikologi Unair 2010
Depari E. Dan Andrews C.Mac. (1982).Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tubbs,S.L dan S.Moss (1996). Human Communication. Prinsip-prinsip dasar. (terjemahan: Dedy Mulyana).Bandung: Rosda.

Posting Komentar