-->

Kamis, 12 Juni 2014

Persamaan dan Perbedaan Kepemimpinan Abnormal dengan Kepemimpinan Lainnya




A.  DEFINISI KEPEMIMPINAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Kepemimpinan (leadership) merupakan intisari manajemen. Dengan kepempinan yang baik, proses manajemen akan berjalan lancar dan karyawan bergairah melaksanakan tugas-tugasnya. Gairah kerja, produktivitas kerja, dan proses manajemen suatu perusahaan akan baik jika tipe, gaya, cara kepemimpinan yang diterapkan manajernya baik.
Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas tinggi adalah peran pemimpin yang mampu menampilkan kepemimpinanya secara professional. Eksistensi pemimpin semakin penting ketika dihadapkan pada situasi dengan keragaman karakteristik dan kemampuan yang dimiliki anggota organisasi, namun masinmg-masing tetap dituntut untuk dapat berkontribusi secara optimal bagi oraganisasinya.
Gaya kepemimpinan itu sendiri menurut Suyanto (2008) merupakan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan ketika mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena perilaku yang diperlihatkan oleh bawahan pada dasarnya adalah respon bawahan terhadap gaya kepemimpinan yang dilakukan pada mereka. Ada pula yang mendefenisikan sebagai berikut, Gaya kepemimpinan adalah teknik-teknik gaya kepemimpinan dalam mempengaruhi stafnya dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan kewenangan dan kekuasaan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
Gaya kepemimpinan berbeda-beda sekalipun mereka menganut sistem yang sama, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelek dari pada gaya kepemimpinan yang lain. Kepemimpinan efektif merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus memastikan bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya berdasarkan keterampilan dan komitmen yang dimiliki terhadap pekerjaan untuk menghasilkan keluaran yang terbaik (Leffton & Buzzotta, 2004).


1.    KEPEMIMPINAN ABNORMAL
Tidak semua pemimpin yang ada itu baik dan bagus. Kebanyakan pemimpin yang ada adalah pemimpin yang abnormal. Maksudnya adalah banyak pemimpin yang gila kekuasaan. Orang yang gila kekuasaan itu adalah orang yang sakit, yang dekat dengan kejahatan. Sebab ia selalu cenderung memaksakan keinginannya sendiri agar semua orang berbuat seperti yang diperintahkannya, tanpa melihat hak-hak orang lain. Seperti halnya dengan orang sakit jiwa (orang gila). Dia selalu memaksakan keinginannya, jika tidak dituruti dia akan mengamuk.
Pemimpin yang abnormal, yang mempunyai sifat inferior akan berdampak pada penyimpangan-peyimpangan tingkah laku, mungkar dan penyimpangan sosial pada anggota-anggotanya. Banyak orang mengidealisasikan tokoh pemimpin dengan sebutan gagah perkasa, berwibawa,  jujur seperti dewa dan sebagainya. Padahal tidak semuanya seperti itu. Malah sebaliknya, banyak pemimpin di zaman sekarang itu pemimpin yang abnormal.
Namun tidak semua pemimpin yang abnormal itu tidak baik dan bagus.  Pemimpin yang abnormal itu memiliki obsesi yang sangat tinggi, dengan obsesinya tersebut dapat membangun karya besar di bidangnya.
Seorang pemimpin dikatakan abnormal apabila dalam kepemimpinannya menunjukkan karakteristik perilaku yang tidak lazim atau menyimpang secara signifikan dari rata-rata. Oleh karena itu, pemimpin yang abnormal tidak dipahami dalam konteks yang negatif, tetapi dapat pula dipahami secara positif. Apabila pemimpin saat ini berkuasa masih berpikir dan bertindak biasa-biasa saja (normal), maka persoalan bangsa ini tidak akan pernah terselesaikan. Namun pemimpin yang abnormal bukan pada pemimpin yang gila kekuasaan, tetapi pemimpin yang abnormal adalah pemimpin yang memiliki obsesi yang tinggi yang dapat membangun karya yang besar dalam kepemimpinannya. Oleh sebab itu orang-orang yang memiliki ciri-ciri bawahan fisik dan mental yang inferior biasanya “bernafsu sekali untuk menjadi seorang big boss” (majikan besar) dengan kekuasaan mutlak dan tidak terbatas.
Di pihak lain, pemimpin yang abnormal yang mempunyai sifat inferior misalnya, akan berdampak pada penyimpangan-penyimpangan tingkah laku atau psikologis, mungkar, dan penyimpangan-penyimpangan sosial pada anggota-anggotanya. Namun untuk beberapa kasus abnormalitas -pada karakter mereka- tidak selalu merupakan "bayangan gelap" bagi dirinya dan anggota-anggotanya. Apabila abnormalitas sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi pada masanya. Contoh kasus Ford dan Mao Tse Tung yang selalu didera obsesi, namun mereka bisa membangun karya besar di bidang bisnis dan ketatanegaraan.

2.    KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin yang demokratis biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Pemimpin menempatkan dirinya sebagai pengontrol, pengatur dan pengawas dari organisasi tersebut dengan tidak menghalangi hak-hak bawahannya untuk berpendapat. Dia juga berfungsi sebagai penghubung antar departemen dalam suatu organisasi.
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
a.    Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
b.    Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
c.    Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
d.   Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
e.    Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
f.     Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
g.    Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
h.    Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai
i.      Bawahan tidak bersifat sebagai budak yang selalu manut pada atasannya, namun bawahan tetap memiliki rasa hormat yang tinggi pada atasannya.
j.      Pujian dan kritik seimbang
k. Tugas yang diberikan pimpinan biasanya berasal dari permintaan bawahan yang tentunya berdampak positif bagi organisasi tersebut
l.  Pemrakarsa dari suatu kegiatan tidak hanya berasal dari pimpinan, bawahan pun diberikan hak yang seluas-luasnya untuk memprakarsai sesuatu yang berdampak positif.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.


3.    KEPEMIMPINAN OTOKRATIS
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada perintah, mengambil keputusan personal dan meminta bawahan untuk mematuhinya. Walaupun kepemimipinan otoriter sedikit disenangi bawahannya namun kepemimpinan otoriter sangat tepat digunakan saat krisis. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota – anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang – undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak. Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak. Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
a. Kelebihan
- Keputusan dapat diambil secara cepat dan efisien
- Mudah dilakukan pengawasan (controling)
Sangat cocok digunakan pada saat kelompok mengalami crisis
b.    Kelemahan
1)      Pemimpin tidak menghendaki rapat atau musyawarah
2)    Setiap perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan oleh pemimpin.
3) Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
4)     Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
5)    Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang – orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang – orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang – orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
6)   Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.


4.    KEPEMIMPINAN LAISSEZ-FAIRE
Laissez-faire berasal dari bahasa Perancis yang berarti “tinggalkan itu sendiri”. Gaya kepemimpinan ini lebih banyak menekankan keputusan kelompok dan memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan tujuan dan metode mereka yang akan dicapai.
Kepemimpinan “membiarkan” artinya pemimpin melepaskan tanggung jawabnya meninggalkan karyawan tanpa arah, supervisi dan koordinasi yang jelas serta memaksa karyawan untuk membuat perencanaan, mengimplementasikannya, dan menilainya menurut apa yang mereka rasakan tepat tanpa adanya suatu standar yang jelas. Dalam kondisi tertentu pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator.
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan maupun menanggulangi masalahnya sendiri.
Gaya ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Jika tidak ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka merasa bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Walau begitu, dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi, gaya kepemimpinan Laissez-Faire ini adalah yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan “kendali bebas”  (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
·         - Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
·         - Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
·        - Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka      anggap cocok.
- Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198):
·         - Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
·         
  Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
·         Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
·         Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

Kelebihan Laissez-Faire :
a.    Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok sehingga keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama.
b. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta mengembangkan rasa tanggung jawab.
c. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting sehingga proses penyelesaianya lebih cepat.
Kelemahan Laissez-Faire :
a.    Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik.
b.    Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.


5.    KEPEMIMPINAN PATERNALISTIS
Tipe kepemimpinan Paternalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal. Kepemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil. Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)      Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa dan perlu dikembangkan.
b)      Bersikap terlalu melindungi bawahan
c)      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri.
d)     Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e)      Sering menganggap dirinya maha tahu.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifat-sifat negatifnya pemimpin Paternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

B.  PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KEPEMIMPINAN ABNORMAL DENGAN KEPEMIMPINAN LAINNYA

Gaya
Kepemimpinan
Persamaan dengan Kepemimpinan Abnormal
Perbedaan dengan Kepemimpinan Abnormal

Kepemimpinan
Demokratis


·      Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
·      Pemimpin menempatkan dirinya sebagai pengontrol, pengatur dan pengawas dari organisasi tersebut
·      Tanggung jawab akhir ditentukan oleh pemimpin
·      Pemimpin mendistribusikan knowledge dan
kreativitas untuk menghasilkan banyak
keuntungan

·      Wewenang pimpinan Demokratis tidak mutlak sedangkan Abnormal mutlak
·      Keputusan  Demokratis dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan sedangkan Abnormal sepihak (hanya pimpinan)
·      Kebijakan Demokratis dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan sedangkan  Abnormal dibuat oleh pimpinan
·      Demokratis memperhatikan perasaan bawahan, Abnormal tidak
·      Demokratis senang menerima saran, bahkan kritik dari bawahannya, Abnormal tidak

Kepemimpinan
Otokratis


·      Mengambil keputusan personal dan meminta bawahan untuk mematuhinya
·      Pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya
·      Keputusan dapat diambil secara cepat dan efisien
·      Cocok digunakan pada saat kelompok mengalami krisis
·      Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap yang paling benar

·      Otokratis melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan orang – orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, Abnormal tidak
·      Kebijakan Otokratis bersifat standar / normal, kebijakan Abnormal di luar jangkauan nalar sehat
·      Otokratis menjalankan dan melanjutkan tugas yang sudah ada, Abnormal menyimpang dari arus utama (mainstream)

Kepemimpinan
Laissez-Faire


·      Pemimpin menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum
·      Bahan bermacam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila akan memberi informasi pada saat ditanya
·      Memberi komentar spontan pada anggota
·      Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan dari bawahan
·      Selama bawahan menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum

·      Pemimpin Laissez-Faire tidak mempunyai wibawa sehingga tidak ditakuti apalagi disegani oleh bawahan, Pemimpin Abnormal sangat disegani/di takuti
·      Pemimpin Laissez-Faire tidak mampu melakukan koordinasi / pengawasan yang baik, Abnormal sangat baik
·      Laissez-Faire keputusan kelompok, Abnormal keputusan pimpinan
·      Pada Laissez-Faire, bawahan dapat mengambil keputusan, Abnormal tidak
· Pimpinan Laissez-Faire bersifat pasif, Abnormal aktif

Kepemimpinan Paternalistis


·      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri
·      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan inisyatif daya kreasi
·      Pemimpin menganggap dirinya maha tahu
·      Pemimpin bersifat aktif
·      Pemimpin menempatkan dirinya sebagai pengatur / pengawas organisasi
·      Pemimpin mempunyai wibawa sehingga disegani oleh bawahan

·      Pemimpin Paternalistis tidak bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompok, Pemimpin Abnormal bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya
·      Kebijakan Paternalistis bersifat normal, kebijakan Abnormal di luar jangkauan nalar sehat
·      Pemimpin Paternalistis mentolerir bawahan yang membuat kesalahan, sedangkan Abnormal tidak bahkan langsung mengadili bawahan.

2 Comments:

  1. Memperjelas pemahaman terhadap tipe-tipe kepemimpinan. Terima kasih atas tulisannya

    BalasHapus